Perubahan Iklim dan Faktor yang Mempengaruhinya
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mendefinisikan perubahan iklim sebagai suatu perubahan kondisi atmosfer bumi yang ditunjukan dengan berubahnya nilai rata-rata unsur iklim selama beberapa dekade atau lebih. Perubahan iklim yang terjadi mengakibatkan kondisi cuaca yang tidak stabil di bumi. Sebagai contoh curah hujan yang tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, serta arah angin yang berubah drastis.
Menurut Ahrens dan Henson (2015), dalam bukunya menjelaskan bahwa perubahan iklim yang telah terjadi sejak awal terbentuknya bumi, dapat disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor alam (natural events) dan juga faktor manusia (anthropogenic). Kedua faktor tersebut mempunyai dampak yang sama terhadap perubahan iklim di bumi. Namun, sejak dimulainya revolusi industri, aktivitas manusia mempunyai andil yang lebih besar daripada fenomena alam terhadap perubahan iklim.
Peningkatan emisi gas rumah kaca, konversi penggunaan lahan, dan juga peningkatan partikel aerosol di atmosfer secara nyata berdampak langsung terhadap perubahan iklim di bumi. Adanya positive feedback yang diterima bumi dengan meningkatnya jumlah gas GRK di atmosfer menyebabkan rata-rata suhu udara global mengalami peningkatan yang signifikan hingga lebih dari 1 °C. Efek domino yang ditimbulkan kemudian menyebabkan terjadinya peningkatan fenomena-fenomena ekstrim di bumi.
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perekonomian Indonesia
Pertumbuhan ekonomi adalah proses pertambahan output perkapita dari perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi juga dapat dikatakan sebagai kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian dalam bentuk peningkatan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi mengindikasikan terjadinya pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan terhambat jika menghadapi beberapa masalah, salah satunya perubahan iklim.
Perubahan iklim akan menghambat proses pertumbuhan output jika kondisi perubahan iklim yang terjadi semakin parah. Ini termasuk masalah serius karena sektor perekonomian salah satunya pertanian sangat mengandalkan iklim dan cuaca untuk pertumbuhan tanaman. Dampak perubahan iklim terhadap pertumbuhan ekonomi perlu dikaji lebih mendalam karena emisi gas rumah kaca dan pemanasan global terus mengalami peningkatan setiap waktu sehingga dapat mengancam aktivitas perekonomian.
Menurut Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), kejadian ekstrim yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat menyebabkan banjir atau peristiwa bencana lainnya yang dapat merusak sarana prasarana. Hal lainnya yang dikhawatirkan dari perubahan iklim, yaitu harga jual pangan akan meningkat karena terjadinya gagal panen dan juga kekeringan. Perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, seperti semakin singkatnya musim hujan dengan intensitas curah hujan yang sangat besar.
Di negara seperti Indonesia, curah hujan menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman pertanian maupun perkebunan. Setiap tanaman dan hampir seluruh makhluk hidup di bumi memerlukan air dalam siklus pertumbuhannya. Pasokan air yang berubah karena perubahan kondisi curah hujan akan mempengaruhi siklus pertumbuhan tanaman.
Indonesia adalah salah satu negara agraris, subsektor perkebunan dan pertanian menjadi subsektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi paling konsisten. Beberapa komoditas yang menonjol di Indonesia yaitu kelapa sawit dan kopi. Industri kelapa sawit memegang peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia dengan menyumbang penerimaan negara sebesar 175 triliun rupiah. Kopi juga menjadi komoditas ekspor penting bagi Indonesia, dengan hasil produksi mencapai 686,92 ton.
Meningkatnya suhu dan curah hujan akan meningkatkan kasus penyakit pada tanaman kopi sehingga akan terjadi penurunan hasil produksi kopi. Bagi komoditas kelapa sawit, pergeseran pola musim yang tidak menentu membuat para petani sulit memprediksi cuaca yang akan datang, sehingga menghambat proses pengangkutan dan hasil buah menjadi tidak maksimal. Tanaman kelapa sawit yang tidak terkena hujan selama tiga bulan berturut-turut akan menghambat proses pembungaan dan menyebabkan produksi kelapa sawit juga menurun.