Lihat ke Halaman Asli

Catatan Alana 3 (Tamat)

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seseorang tiba-tiba menepuk pundakku pelan.

“Mari kita pulang. Biarkan dia istirahat dengan tenang”. Aku menoleh, lalu mengangguk. “Bukan hanya kamu yang merasa kehilangan. Tapi, sudahlah. Dia telah memilih jalannya sendiri,”

ujar ayah Alana sambil tetap memegangi pundakku. Aku berdiri, kemudian mengiringinya meninggalkan pekuburan tempat Alana baru saja ditanam. Belum genap lima meter berjalan memunggungi kuburan, aku sudah diburu rindu. Kusempatkan lagi menengok gundukan tanah basah tempatnya menjalani tidur panjang tanpa mimpi. Tiba-tiba saja aroma kamboja meruap. Lembut. Dalam sedetik seluruh pekuburan menjelma putih kapas. Aku tergeragap. Ah, malaikat memang tak pernah mau hadir terlambat. Ia selalu datang dan beruluk salam pada penghuni baru, tepat setelah langkah ketujuh pelayat terakhir meninggalkan makam.......

Daun-daun akasia yang berwarna kuning banyak berjatuhan. Ia seolah mengabarkan kelelahan bertahan menghadapi kemarau yang membakar dan tak putus-putus. Senja ini aku duduk sendiri di bangku taman akasia. Satu demi satu kubuka tiap lembar halaman buku harian Alana. “Sebelum masuk rumah sakit jiwa Alana tak sekecap pun mau berbicara. Dia hanya menulis. Rupanya ada banyak hal yang ingin disampaikannya kepadamu. Ambillah! Kamu lebih berhak untuk menyimpannya,” ujar mama Alana ketika aku mampir ke rumahnya seusai pemakaman.

Membaca buku harian Alana membuat kesedihan tumpah ruah.

7 Desember 2004 (malam jahanam)Tuhaaaaan!!!!!! Takdir macam apa ini????? KAU biarkan bajingan bajingan itu mengobrak-abrik kehormatanku, menindas kemanusiaanku. Apa salahku????? Bukankah KAU yang berkehendak menjadikanku perempuan???? Kenapa KAU relakan orang-orang itu melecehkan martabat yang sudah kujunjung tinggi-tinggi???? Aku benci KAU Tuhan. Aku benci Tuhan yang telah membiarkanku diperkosa.

30 Desember 2004Lihat, lihatlah…aku mual-mual tanpa ampun. Jangan…J angan sampai aku hamil oleh benih para jahanam itu. Tolong Tuhan, sekali ini saja dengar dan kabulkan permintaanku!

31 Desember 2004Fucking Pregnant…!!!!!!!!!!

1 Januari 2005 Resolusi awal tahun: Bunuh Diri

7 Januari 2005 Menatap mata teduhmu sore tadi membuatku luluh lantak. Mengingat caramu merayuku berbicara seperti menahan rasa perih sebab tertikam tepat di ulu hati. Aku mencintaimu. Sebab itu kalimatku tak pernah sampai. Aku tak pernah tega mengabarimu yang sebenarnya. Aku ingin kau membenciku. Karena itu bisa mengeruk perasaan bersalahku yang bergunung-gunung kepadamu. Aku ingin kau membenciku, seperti aku membenci takdir yang berjalan buruk.

8 Januari 2005 Aku masih mencintai gerimis, dan membenci badai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline