Suksesnya program vaksinasi Covid-19 tentu tidak bisa dilepas dari tangan dingin para vaksinator atau Juru Imunisasi (Jurim). Peran mereka juga sangat vital ikut menumpaskan virus korona di muka bumi.
Bisa dikatakan semua Jurim mendapat pengalaman baru setelah ditunjuk menjadi vaksinator Covid-19 di pertengahan Januari 2021. Kurang lebih lima bulan berjalan, berbagai hal telah mereka alami selama menyuntikkan vaksin ke warga.
Pengalaman baru serta suka duka dirasakan vaksinator Covid-19. Mulai dari stigma negatif soal rencana busuk negara di balik vaksin, hingga insentif yang tak kunjung mereka terima. Meski demikian, hal itu tentu tidak mengurangi semangat mereka membantu pemerintah melindungi warga dari paparan virus korona.
Melihat antusiasme warga dan kegembiraannya setelah divaksin menjadi obat tersendiri yang dapat meningkatkan hormon kebahagiaan para vaksinator. Kebahagiaan itu berlipat ganda tatkala suksesnya program vaksin Covid-19 berkat peran para vaksinator di Indonesia, termasuk di Mamuju yang hingga saat ini tak kenal lelah.
Begitulah yang dirasakan Marwah, satu dari sekian banyak vaksinator yang penulis pernah temui. Rutinitas yang Marwah kerjakan bersama para tenaga kesehatan (nakes) saat ini merupakan kerja-kerja kemanusiaan. Mulai yang berada di gugus depan hingga gugus terakhir penanganan virus korona.
Sedikitnya ada sembilan orang vaksinator yang bekerja di fasilitas layanan kesehatan tempat Marwah bekerja. Mereka telah mengikuti pelatihan sebagai vaksinator Covid-19. Sembilan orang tersebut terdiri dari dokter, bidan dan perawat. Ada beberapa pelatihan yang harus diikuti setelah ditunjuk sebagai vaksinator. Mulai dari perkenalan vaksin, alur pelayanan dan proses observasi dan sebagainya.
"Kami mulai dari Februari sampai saat ini, sukanya kita ketemu banyak tipe orang. Ada yang sabar ada juga yang tidak. Nah, dukanya kalau dapat yang kurang sabar. Baru divaksin beberapa menit, dia sudah cari sertifikat vaksinnya. Dukanya juga karena kami belum terima insentif," kata Marwah, kepada penulis.
Hal-hal seperti itulah kemudian dapat mengganggu kerja-kerja vaksinator yang harus tetap fokus dan teliti. Mulai dari tahap pendaftaran, skrining, penyuntikkan dan observasi selama 30 menit. Dalam menghadapi situasi seperti itu, Marwah yang sudah menjadi Jurim sekira sepuluh tahun punya cara tersendiri menenangkan warga yang tak sabar dan takut divaksin.
Sesekali ia kerap melontarkan guyonan-guyonan ringan agar membuat rileks pasiennya. Mengajak ngobrol dan memberikan sugesti jika disuntik itu tidak sakit. Memang, lanjut Marwah, menjadi vaksinator Covid-19 memiliki tantangan tersendiri. Sangat berbeda ketika ia bertugas sebagai Jurim bagi bayi dan anak kecil.
"Memang lebih gampang disuntikkan ke tubuh orang dewasa, namun namanya vaksin Covid-19, sesuatu yang baru jadi otomatis kami juga harus pastikan kondisi tubuh warga setelah divaksin. Di kartu vaksin yang dibagikan itu sudah tercantum kontak atau nomor telepon vaksinator. Jika terjadi sesuatu, bisa menghubungi vaksinatornya untuk konsultasi," ungkapnya.
Wanita berjilbab itu pun menganggap menjadi vaksinator Covid-19 merupakan suatu kesyukuran yang luar biasa. Meski di satu sisi, ia juga kerap menerima omongan negatif yang mengatakan vaksin Covid-19 hanya akal-akalan pemerintah. Namun, ia tetap bekerja semaksimal mungkin. Jika ada yang kurang mengerti ia bersedia mengedukasi warga.