Lihat ke Halaman Asli

ANDAI AKU PEJABAT ENTIKONG

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

sumber gambar : google

Ini adalah kisah beberapa orang yang bercerita mengenai Entikong , masyarakatnya, kehidupannya, perekonomiannya dan pandangan mereka terhadap Pemerintah. Mereka adalah Shakila (14) , Fajar (19) dan Rizky Rahayu (27). Kita mulai dari Shakila , gadis berumur 14 tahun ,lahir pada 31 Juli 1996 dan masi duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama di SMPN 10 PONTIANAK , mempunyai mimpi besar tentang daerah Entikong. Dia bercerita “Entikong itu banyak bukitnya, dulu Entikong itu bersih,sejuk, hijau ga kaya sekarang udah mulai gundul, masyarakat disana udah mulai nanam pohon kelapa sawit di bukit jadinya bukitnya gundul,seharusnya kalau sudah menebang pohon ditanam pohon yang baru lagi, lagian kan masyarakat juga rugi jadinya disana gampang longsor.Oia dulu di Entikong aku juga sering main air terjun disana sama orang tua aku dan disana juga banyak gerejanya. Dan disana juga terkenal banget adat budayanya, terus yang aku liat anak-anak disana kalau sekolah kebanyakan jalan kaki , disekolahnya juga 1 kelas ya 1 guru tapi sayang kalau hujan jalanan disana jadi licin banget jadi banyak yang tabrakan deh “ ucap shakila . Dan inilah harapan shakila jika dia menjadi seorang pejabat di Entikong “Kalau aku jadi pejabat di Entikong, aku pengen buat peraturan yang bikin Entikong itu bersinar” kata shakila lalu menutup pembicaraan mengenai Entikong . Itulah harapan gadis yang masih duduk di kelas 3 SMP, dia ingin “ Entikong Menjadi Bersinar “, apakah pejabat sekarang mampu memenuhi harapan shakila?

Yang kedua adalah fajar warga Pontianak yang kini sedang menuntut ilmu di Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta , dia pun mulai menceritakan bagaimana Entikong dimatanya Entikong itu adalah nama kecamatan sekaligus desa di Kalimantan Barat, disana mayoritas suku Dayak, dan kalau ada pendatang baru juga kemungkinan besar ya PNS ( Pegawai Negeri Sipil ), “ disana tuh kebanyakan kalau memenuhi kebutuhan ke Malaysia soalnya harganya lebih murah dan jarak tempuhnya juga lebih dekat. Kalau masalah pendidikan disana masih minim banget, Sekolah Menangah Atas (SMA) aja jumlahnya ga sampai ada 10. Sekolahnya ya beda banget deh sama di kota, tapi kalau mereka mau ke kota kan jauh harus nempuh 8 jam dulu baru sampai di Pontianak belum lagi jalanan disini juga masih rusak. Tapi sekarang mulai membaik kok, udah mulai dikenalin sama internet ya walau cuma beberapa sekolah aja. Kalau masyarakat disana itu hidupnya secara berkelompok 1 kelompok itu 1 suku, dan mereka juga hidup secara gotong royong. Diperbatasan Indonesia – Malaysia itu beda banget loh, kalau kamu udah masuk wilayah Malaysia, jalanannya udah bagus, udah diaspal dan mulus, makanya masyarakat Entikong senang ke Malaysia. Misalnya kalau ke Indonesia uang 750 ribu itu pas buat pulang pergi, tapi kalau ke Malaysia kita bisa bawa oleh-oleh buat keluarga di rumah. Terus masalah chanel televisi, kalau masyarakat di Entikong pengen liat chanel di Indonesia, mereka harus punya parabola yang mantep. Sedangkan kalau liat chanel di Malaysia cukup pasang antena biasa.Sebenarnya sih semakin dekat dengan Malaysia, semakin berkurang partisipasinya terhadap indonesia, mereka udah ga peduli dan ga mikirin lagi masalah status kewarganegaraan dan bantuan dari pemerintah Indonesia. Mereka lebih mikirin gimana mereka nyambung hidup, ya buat anak mereka sekolah dan makan sehari-hari.  Nah yang beda banget disana tuh TENTARA PERBATASANNYA , selain menjaga perbatasan, mereka juga jadi guru bantu disana, ya tapi gitu didik ala militer. Di dekat Entikong juga ada Balai Latihan Kerja (BLK) letaknya dekat kota, tapi kurang bermanfaat untuk mereka yang tinggal di pedalaman, rata-rata mereka itu pada kembali ke kampung halaman mereka ya walaupun di pedalaman,disana juga dibangun RuSuNaWA (Rumah Susun Sederhana Sewa) warnanya hijau. kira-kira ada 4 lantai, dan itu juga mulai ga terpakai padahal dana yang dihabiskan buat bangun itu sampai Rp. 10.510.564.000,00 ( Sepuluh Milyar Lima Ratus Sepuluh Juta Lima Ratus Enam Puluh Empat Ribu Rupiah ). Kalau bisa Pemerintah itu ngebangun bangunan yang lebih bermanfaat (dari pada buang-buang duit begitu karena nggak terpakai) khususnya untuk warga yang ada di pedalaman biar ga makin banyak yang pada pindah kewarganegaraan. Ya Pemerintah si bilang kalau mereka akan ngebangun Entikong jadi lebih baik lagi, tapi ini sudah terlalu lama menurut aku.” Ucapnya menutup pembicaraan

Dan yang terakhir adalah Rizky Rahayu lulusan dari Universitas Pendidikan Indonesia yang kini tinggal di Pontianak lahir pada Lahir 17 April 1984, Kalau aku jadi pejabat di Entikong “ hmmm...gmana ya?

Mungkin aku akan menjadikan Entikong sebagai 'pusat pembangunan' baru khususnya untuk daerah perbatasan dengan menjadikannya sebagai daerah pusat pariwisata dan perkebunan, karena potensi alamnya memungkinkan. Sehingga akan sebanding atau melebihi daerah Tebedu (Malaysia) yang lebih baik keadaannya. Karena selama ini penduduk Entikong lebih sering berinteraksi dengan Malaysia khususnya d bidang ekonomi. Akan lebih baik kalau yang terjadi adalah sebaliknya, penduduk Malaysia yg lebih sering datang ke Entikong. “ tutur Rizky Rahayu kepada saya melalui facebook .

“ Tapi sayang banyak hambatan yang ada di Entikong seperti keterbatasan infrastruktur dan fasilitas umum harus ditanggulangi terlebih dahulu.Pariwisatanya mungkin yg mengarah ke alam, seperti wisata hutan + fasilitas outbond, wisata kebun buah, tempat bermain dengan nuansa alam, kebun binatang. Dibuat semenarik mungkin seperti tempat-tempat wisata yang ada di Pulau Jawa, yang sudah tertata dengan baik. Tapi sayang masalahnya di sana masih ada tempat-tempat yang keterjangkauannya rendah, karena tidak ada jalan penghubung atau jalannya banyak yg rusak. Intinya aku akan mengembangkan pariwisata yang belum dikembangkan dengan baik. Kamu tahu ? Di Kabupaten Sanggau (di mana Entikong berada) umumnya banyak perkebunan kelapa sawit, terus buah musiman kayak durian cocok tumbuh di sana, karena termasuk daerah perbukitan yang tanahnya subur, dan para petani disana ada juga banyak yang menanam lada hitam, tapi banyak dijual ke Malaysia” ucapnya sambil menutup pembicaraan.

Nah itulah impian mereka mengenai daerah perbatasan, mereka semua punya harapan dan mimpi yang besar mengenai Entikong karena Entikong mempunyai potensi yang besar. Jadi apa yang akan kamu lakukan jika kamu menjadi pecabat di daerah perbatasan Indonesia – Malaysia, Entikong ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline