[caption caption="Dokumen Pribadi. Mimpi Bersepeda"][/caption]Bersepeda, seperti sebuah hobi yang mengasyikkan. Mengisi hari-hari bersepeda, seolah merefleksikan perjalanan hidupku. Dengan mengayuhnya, memberi inspirasi untuk menulis. Yang paling berkesan dengan lahirnya ide menulis "Bersepeda, merawat kesederhanaan". Namun sayangnya, atas rekomendasi dokter, untuk sementara waktu harus gantung sepeda. Ha....ha....seperti pemain bulutangkis yang gantung raket atau pemain bola yang gantung sepatu. Waduh...kalau gantung sepeda, berat banget Mas bro.
Dua minggu tak bersepeda, ide-ide yang biasanya mengalir seketika mampet. Ingin melanggar rekomendasi dokter, namun teman-teman selalu mengingatkan "jangan ambil resiko Mas bro". Sepeda kesayangan yang kubeli dari uang beasiswa yang kusisihkan, telah menjadi sahabat menemani kuliahku di bumi formosa.
Kalau sepedaku diperhatikan di kawasan parkiran kampus, Insya Allah akan ketahuan ini milik mahasiswa Indonesia. Ada yang tahu kenapa? jawabnya, karena di bawah joknya ada kain majun tersembunyi. Tidak mungkin ada sepeda mahasiswa lokal atau negara lain yang di bawah joknya ada kain majun. Sebelum berangkat kampus di pagi hari, akan kusempatkan waktu untuk mengelap sepeda tersebut. Suatu saat seorang teman mahasiswa dari Padang, memecahkan tawa kami saat ngumpul, "Mas bro, ini lapnya di bawah jok, mirip sepeda-sepeda tempo dulu, dan hanya ada di Indonesia".
Saat berkunjung ke asrama teman di lantai 7, tempat aku titipkan sepeda itu. Setiap memandanginya, seolah rindu ini tak tertahankan untuk mengayuhnya. Duhai sepedaku, kapan lagi engkau menemaniku mengisi hari-hari ke kampus, ke warung makan vegetarian, menikmati kembali indahnya kota Kaohsiung.
Semalam kira-kira pukul 23.00, sepulang dari warung kopi tempat kami menghabiskan waktu untuk berdiskusi lepas. Sepedaku itu hadir lagi di depan mataku dikendarai seorang teman. Lagi-lagi engkau hadir di malam ini. Biasanya sepeda ini hanya aku yang bisa mengayuhnya, namun selama proses cuti bersepeda akhirnya beberapa teman telah bersamanya.
Melalui tulisan ini, aku juga ingin bertanya ke teman-teman yang pernah mengayuhnya, "apakah kalian juga punya pengalaman yang sama dengan aku setelah mengendarai sepeda tersebut, mendapatkan inspirasi seperti yang kualami" ?
Malam ini, akhirnya aku bermimpi mengayuh sepeda hitam step dragon.Menuju tempat wisata Lotus Pond, di daerah Zouying district. Tempat kami berkunjung saat mengikuti program bridging tiga tahun silam. Bertemu kembali dengan seorang ibu penjual syal, dengan bahagianya Ibu paruh baya tersebut menawarkan untuk membeli roti untukku. Setelah aku membawa teman-teman peserta bridging dari NKUAS dan kampus lain berbelanja barang jualannya. Dengan mengandalkan bisa menyebut yi bai(100) NT dollar, akhirnya dapat harga discount dari harga yang ditawarkan ke orang lain sebesar 200 NT dollar.
Setelah mengelilingi Lotus Pond, akhirnya aku pulang kembali ke kampus menggunakan bus dengan membawa serta sepeda lipatku. Engkau telah memberi inspirasi lagi, walaupun hanya dikendarai dalam mimpi. Semoga masa pemulihan ini segera berakhir, agar aku bisa mengayuhnya kembali secara nyata. Ide-ide cemerlang bisa mengalir kembali, seiring tiap kayuhannya.
Kaohsiung, 19 Maret 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H