Indonesia Juara
27 dan 28 Agustus kemarin diadakan gelaran Dutch Open 2016 (International Pencak Silat Event) di kota Roermond, Belanda. Merpati Putih (MP) sebagai satu-satunya perguruan silat yang mengikuti kejuaran dunia dari Indonesia ini membawa 3 atlitnya yaitu Amzad Samudro (MP Tangerang), Gusti Irvanda (MP Jakarta Utara) dan Fauziyah (MP Cirebon) di bawah naungan MP Universitas Mercu Buana Jakarta yang dilatih oleh Coach Pambudi Sunu (biasa dipanggil Mas Pempi).
Tak sia-sia datang jauh ke negeri Kincir Angin, Mereka mendapatkan medali emas (diraih Gusti Irvanda) dan medali perak (diraih Amzad Samudro dan Fauziyah). Tentu ini adalah hasil yang membanggakan kita semua rakyat Indonesia di tengah hiruk pikuk persoalan yang mendera bumi pertiwi, anak-anak negeri masih bisa menorehkan cerita-cerita hebat yang membakar semangat kecintaan kepada negeri. Indonesia Bisa, Indonesia Juara, Indonesia Kece.
Peran mereka tentu tak sendiri, Selain Universitas yang menjadi “rumah” mereka tentu juga ada peran pelatih atau coach yang mendidik mereka menjadi pejuang-pejuang tangguh. Coach Pambudi Sunu lah orang dibalik kesuksesan mereka. Siapa dia? Dialah salah satu sang pejuang kearifan lokal yang terus menjaga budaya bangsa agar terus lestari.
Sang Pejuang Kearifan Lokal
Dalam beberapa tahun terakhir ini masyarakat kita banyak yang sudah menyadari betapa pentingnya berolahraga, terbukti dengan menjamurnya pusat kebugaran di setiap mall-mal di kota besar dan selalu ramai. Segala macam jenis olahraga ada kita bisa pilih, karena saya di Jakarta yang biasa dilihat adalah Fitness Center, Kelas Yoga, Wing chun, Muay Thai, Kick Boxing, Belly Dance dan masih banyak lagi.
Aneh.. kok rasanya ini bukan budaya negeri sendiri, jarang dari remaja atau orang-orang muda yang mendaftar di tempat Pencak Silat atau perguruan sejenisnya. Masih ada sich tapi tidak seramai seperti yang di mal, wangi-wangi, cakep-cakep..eaa gagal pokus.
Mungkin berangkat dari sinilah niat Pambudi Sunu sebagai Trainer atau pengajar Ilmu Seni Bela Diri Merpati Putih (MP) berjuang memajukan Seni ini. MP tak hanya Ilmu Bela Diri tapi juga menyelaraskan hati dan pikiran dalam setiap tindakannya.
Masuk dalam Ilmu Silat Harimau untuk pertama kali di tahun 1985, tapi karena ditentang oleh sang ayah maka Ia tak meneruskannya. Satu tahun berlalu, disodori formulir pendaftaran untuk masuk MP oleh sang ayah dengan rayuan bahwa Kopassus dan Paspampres menggunakan jenis silat tersebut..tak heran bila Ia tertarik karena cita-citanya adalah menjadi Tentara.
Test yang berat pun tak takut Ia hadapi, bukan hanya sekedar interview tapi calon murid juga di test fisik mulai dari lari di tempat, lari memutari lapangan basket, Sit up, Push up, serta lompat jongkok. Setelah itu baru interview untuk menilai berapa besar kesunggguhan calon murid salah satunya adalah menghapal Pancasila. Menunggu hasil test selama seminggu, akhirnya Ia pun diterima di MP.
Masuk di Cabang Jakarta Selatan, tempat latihannya di Gedung SGO kawasan Radio Dalam. Sungguh-sungguh ia berlatih sampai pada tahun 1988 mengikuti pertandingan antar MP se DKI Jakarta tingkat remaja dan ia mendapat juara ke 3. Di tahun 1989 sempat di ajak oleh temannya Dicky Onasis untuk ikut latihanTaekwondo tapi ia merasa lebih senang untuk berlatih MP. Ketika ia SMA (bersekolah di SMAN 47 Tanah Kusir) sudah menjadi asisten pelatih, mengajar di beberapa sekolah antara lain SMAN 74, SMPN 29 dan SMA Don Bosco (semuanya berada di wilayah Jakarta Selatan). Selama 3 tahun itu juga ia menjadi anak sekolah yang sekaligus asisten pelatih MP, dalam sesi wawancara yang kami lakukan melalui Facebook Messenger dan BBM ia mengatakan cukup seru karena dijalani dengan hati senang, apalagi ketika ia membawa anak didiknya di SMAN 74 untuk bertanding berasa banget susah senangnya karena sang murid pun begitu bersemangat untuk meraih prestasi.