Retno Marsudi Menlu Perempuan Pertama Indonesia: Never Give Up Perempuan Indonesia, Jika Jatuh Bangun Lagi!
Ditulis oleh : Adhe Riatin ( Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi )
'I was no body', ungkapnya. Namun dukungan keluarga serta diikuti kerja keras, akhirnya membawa Ibu Retno sampai ke posisi nya sekarang.
Saat Ibu Retno bergabung di kementerian luar negeri, dunia diplomasi masih didominasi laki laki. Maksimal jumlah diplomat perempuan adalah 10 persen, dan dalam perjalanannya banyak yang mengundurkan diri juga disebabkan berbagai alasan. Saat ini jumlah diplomat Indonesia setelah perjalanan 38 tahun jumlah perbandingan laki laki dan perempuan 50 : 50, bahkan di beberapa angkatan lebih dari 50 persen.
Menariknya beberapa lulusan terbaik dari diplomat adalah mayoritas perempuan.
Selanjutnya tantangan yang harus dihadapi perempuan adalah bagaimana perempuan dapat mencapai hingga level pembuat keputusan. Ini adalah tantangan bagi perempuan yang masih harus terus dilakukan, laki laki juga harus mendukung pentingnya untuk menyuarakan 'He for She campaign'.
Sebagai menteri luar negeri perempuan pertama Indonesia yang telah dua kali berturut turut dipercaya di Era Jokowi. Ibu Retno menjadi simbol bahwa perempuan Indonesia khususnya, mampu berkancah di dunia yang penuh dengan tantangan, dan menyejajarkan diri dengan pihak lain.
Pribadinya teguh dalam prinsip namun lentur dalam cara, kemampuan diplomasi Ibu Retno membawa Indonesia menjadi negara yang dihormati oleh bangsa bangsa lain
Melalui pengalaman dan pemikirannya diharapkan perempuan Indonesia mampu menjabarkan visi besar bangsa Indonesia, menjadi negara maju, menjadi "strong nation", begitulah seharusnya perempuan mengambil peran dalam kancah global.
Data yang disebutkan Biro Pusat Statistik Indonesia , 137 juta penduduk Indonesia adalah perempuan atau sekitar 49 persen lebih dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia, 278 juta. Artinya, sebagai penentu bagi pembangunan dan kemajuan bangsa demi terwujudnya visi besar Indonesia tersebut , perempuan juga dianggap berperan bukan hanya laki laki , asalkan diberikan kesempatan yang sama.
Perempuan Indonesia sekarang dihadapkan pula pada persaingan global di masa depan. Krisis global, pascapandemi Covid-19, perang Rusia dan Ukraina, serta krisis ekonomi di depan mata, menjadi tantangan besar dan membutuhkan ide-ide dan gagasan yang kuat.