Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Solo Technopark dalam Mengurangi Angka Pengangguran Negeri Ini

Diperbarui: 1 Juni 2016   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

“hidup ini butuh perjuangan, bukan menerima saja

Drs. Sukoco. M.Pd.- Solo Technopark”

Berikut kutipan sambutan bapak dosen pembimbing Prodi Pendidikan Teknologi Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dalam kunjungan studi laboratorium di Solo Technopark (STP) dan ATMI Sukarta. Kunjungan ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat melihat sisi kreatif yang dikembangkan lembaga vokasional dan kejuruan dalam mengurangi angka pengangguran serta belajar memahami tentang perkembangan teknologi.

Perkembangan dan penggunaan teknologi bertujuan untuk membantu kerja manusia menjadi lebih efektif dan efisien. Jika tidak membantu lebih efektif dan efisien artinya perkembangan teknologi dinilai gagal.Perkembangan teknologi juga menuntut bangsa ini untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) karena kemajuan bangsa juga akan sangat tergantung bagaimana kualiats SDM. Masalah terbesar negeri ini salah satunya yaitu masih tingginya angka pengangguran, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 7,56 juta jiwa. Hal yang membuat kita bersedih dan berfikir lebih jauh bagaimana mencari solusi terbaik dalam mengurangi angka pengangguran di negeri ini.

Berawal dari masalah pengangguran yang menjadi momok paling menakutkan negeri ini, kota Solo yang dijulukin kota vokasimerintis sebuah lembaga pelatihan yang bertujuan memberikan kompetensi (keahlian) kepada masyarakat agar mereka dapat diterima berkerja atau membuka home industryberbasis kearifan lokal untuk membangun masyarakat dalam mengurangi angka pengangguran.

Banyak hal yang membuat saya kagum tentang bagaimana kota ini begitu peduli akan masalah pengangguran. Melihat sejarah Solo Technopark dimulai tahun 1995 (berawal dari banyak kerusuhan karena banyaknya pengangguran sehingga di inisiasi untuk mengumpulkan perwakilan SMK dan ATMI),

Tahun 1995-1998 (dikumpulkan pemuda dan masyarakat untuk mengikuti pelatihan)

Tahun 1998-2001 (membangun jaringan dengan UNS, ITB dan IGI Jerman)

Tahun 2001-2002 (mendirikan lembaga pelatihan untuk mengurangi pengganguran di bantu IGI dan pemerintah kota Surakarta)

Tahun 2002-2006 (pemerintah kota Surakarta memberi bantuan lahan, alat permesinan dikasih oleh IGI jerman dan peserta dari ATMI sehingga lembaga ini awalnya bernama SCTC)

Tahun 2006-2009 (SCTV diubah menjadi STP atau Solo Technopark dengan fokus utama pelatihan, konsultasi, dan produksi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline