Yogyakarta, 24 Juli 2024 -- Tim PKM Riset Eksakta dari Universitas Gadjah Mada telah berhasil mengembangkan formulasi baru untuk permen antikaries gigi berbasis teknologi nano yang menggunakan ekstrak buah tempayang (Sterculia lychnophora) dan nanokitosan. Penelitian ini merupakan bagian dari upaya untuk mengatasi masalah tingginya prevalensi karies gigi pada anak usia 5--9 tahun di Indonesia sebesar 92,6% (Riskesdas, 2018). Faktor ini dipengaruhi oleh tingginya konsumsi makanan manis di kalangan anak-anak.
Penelitian ini dilaksanakan selama periode 3 bulan, dari Mei hingga Juli 2024. Tim PKM-RE terdiri dari Salsabila Desti Winarno (Farmasi 2022), Nabila Fahrida Rahma (Farmasi 2022), Meilafaisa Wilis Alfidia (Kimia 2022), Almadhitya Salsabila (Kedokteran Gigi 2022), dan Ade Zulfa Imania (Farmasi 2022), yang dibimbing oleh apt. Marlyn Dian Laksitorini, M.Sc., Ph.D.
Dalam upaya mendukung target pemerintah yaitu Indonesia bebas karies pada tahun 2030, tim peneliti berfokus pada pengembangan formulasi permen antikaries yang menggunakan buah tempayang sebagai bahan utama. Ide penggunaan buah tempayang dalam riset ini tercetus dari salah satu anggota yaitu, Ade Zulfa melalui pengamatan keseharian masyarakat Pemalang yang memanfaatkannya sebagai obat tradisional. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ekstrak buah tempayang memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans dan pembentukan biofilm pada gigi (Yang, dkk., 2016).
Selain buah tempayang, tim peneliti juga memanfaatkan nanokitosan sebagai bahan tambahan dalam formulasi permen antikaries. Nanopartikel kitosan telah terbukti efektif dalam meningkatkan aktivitas antibakteri terhadap S. mutans. Keunggulan lainnya dari nanopartikel kitosan adalah biodegradable, biocompatible, dan tidak mempengaruhi estetika gigi.
"Kami berharap bahwa produk ini tidak hanya membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anak, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals ketiga, yaitu good health and well-being." ujar Meila, salah satu anggota tim.
"Bakteri Streptococcus mutans mengubah sukrosa menjadi glukan menggunakan enzim glukosiltransferase, membentuk biofilm, dan menghasilkan asam. Proses ini menurunkan pH di sekitar gigi, menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin. Oleh karena itu, kami menggunakan bahan xylitol dan sorbitol sebagai pengganti sukrosa", ujar Nabila.
Ade Zulfa menjelaskan, "Penggunaan kedua bahan tersebut juga dapat membantu mempertahankan tekstur kenyal pada permen gummy karena memiliki sifat hidrasi yang tinggi. Hal ini membuat permen kami mudah dikunyah dan memiliki konsistensi yang baik". Almadhitya juga menambahkan, "Selain itu, xylitol dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans, mengurangi produksi asam yang merusak enamel gigi, serta meningkatkan produksi air liur untuk menetralkan keasaman plak".
Salsabila selaku ketua tim berharap, penelitian ini dapat menjadi landasan untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang kesehatan gigi pada anak di Indonesia. Selain itu, hasil riset ini juga dapat diterapkan dalam pengabdian masyarakat melalui pembuatan modul atau video untuk meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan produk dapat menjadi peluang kewirausahaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H