Lihat ke Halaman Asli

Anak-anak Kota Palu, Berangkat Sekolah untuk Memastikan Teman Sebangku

Diperbarui: 10 Oktober 2018   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Palu, sebuah kota kecil yang berada d Provinsi Sulawesi Tengah, pulau Sulawesi. Bentuk pulau yang unik, dari citra satelit seakan membentuk huruf "K" dengan kepala menjulur maju. Pulau ini, sebelum saat-saat ini, barangkali tidak banyak dibicarakan.

Tepatnya Jum'at, pukul 17.02 WIB gempa dengan kekuatan 7,5 magnitudo mengguncang pulau Sulawesi, yang bersumber dari sesar Palu Koro. Posisi pusat gempa yang dekat dengan laut selat Makasar, dikhawatirkan mengakibatkan Tsunami. BMGK juga sudah mengeluarkan status Waspada Tsunami dini bagi daerah pesisir pantai. Namun hanya selang beberapa menit, BMKG mencabut status peringatan tsunami dini tersebut.

Nahas, ternyata Tsunami terjadi, dan BMKG sudah terlanjur mencabut peringatan, sehingga tak banyak warga di pesisir untuk mempersiapkan kemungkinan buruk yang bakal terjadi.

Gelombang laut setinggi 5 meter, tanpa ampun dan pandang bulu menyapu segala yang ada. Setiap sisi yang dilalui. Orang, bangunan, hewan dan apapun yang menghadang, seolah tak mampu menahan amukan laut Selat Makasar pada hari itu

Pasca gempa dan tsunami, Palu seakan mati. Porak poranda bukan hanya bangunannya, tapi juga jiwa dan ketegaran hati masyarakatnya. Semua kalut, semua muram, disusul langit yang kian mengelam. Hari pertama pasca bencana, ramai tangis rintih dan tolong. Jumat, 28 September 2018, tanggal duka bagi Palu.

Hari selanjutnya, tak nampak lagi canda tawa ceria anak-anak sekolah disana. Anak-anak kota Palu, melipat wajah dan layu. Tak ada keceriaan disana, seolah ikut terenggut amukan laut yang perlahan surut.

Hitungan detik berganti menit, jam berganri hari dan terus berlalu, tapi Palu masih muram, walau secerca harapan masih ada disana, bersama para relawan, bersama semua yang tersisa, tenaga, asa dan segala yang ada, Palu terus bertahan. Tak terkecuali anak-anak kota yang tengah mengalami nasib malang tersebut, anak-anak kota Palu.

Tepat hari yang kesepuluh, Palu tak ingin lebih lama lagi larut dalam duka dan perlahan memulihkan diri walau masih basah, berdarah-darah. Dimulai dari anak-anak kota Palu. Sumber daring, matamatapolitik.com , anak-anak harapan bangsa di kota kecil itu mulai bersekolah lagi pada hari Senin (8/10). 

Kedatangan mereka ke sekolah, tentu tidak sertamerta hendak melahap pelajaran seperti hari hari biasa. Mereka datang, untuk saling memastikan, apakah teman sebangku mereka masih ada, atau justru telah pergi bersamaan dengan bergelimpangannya ribuan orang disana.

Dengan tangan-tangan yang selalu menengadah memohon doa, mereka membersihkan sekolah, dari puing reruntuhan dan sapuan air laut. Halaman sekolah yang biasa menjadi temat bermain, kini menampilkan pemandangan yang membuat muram dan ngilu. Berserakan, berantakan dan suram. 

Mendengar jumlah korban yang mencapai 1.700-an orang dan sampai angka ini tercatat korban masih terus ditemukan, semua bakal berasumsi akan mendengar kabar duka, termasuk dari orang orang terdekat. Tak bisa dibayangkan anak-anak tersebut bakal kehilangan teman sekolahnya. Tak ada yang bisa menduganya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline