Lihat ke Halaman Asli

Ade Tasyan Reza

Terus berusaha berkembang maksimal agar menjadi lebih baik

Catatan Kecil Kebijakan System Penanganan Covid-19 Indonesia

Diperbarui: 4 Februari 2022   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Logikanya

Pendidikan bisa dilaksanakan di manapun karena ilmu dapat di transfer dan received dari manapun pada jaman ini. Sementara, kesehatan tidak bisa didapat kecuali dengan menjaga dan merawat kesehatan itu sendiri dengan pola terukur.

Mengenai semua orang yang sudah jenuh dan banyak tidak percaya terhadap covid-19 dengan berbagai turunannya, adalah akibat dari lemahnya kontrol serta kasus-kasus yang ada sangkut paut nya terhadap covid-19. 

Kasus manipulasi tes pcr, vaksin kosong, dan banyak kasus lainnya terutama hal yang menyangkut sosial masyarakat yang sifatnya sensitif seperti pergeseran hari besar penganut agama tertentu, sementara penganut agama lainnya tidak digeser pelaksanaan nya. Termasuk aturan berkumpulnya penganut-penganut tersebut. 

Di satu sisi dengan super ketat nya jauh sebelum pelaksanaan sudah dilakukan tindakan-tindakan yang terkadang agak arogan. Di sisi lain ada kelonggaran bagi penganut lainnya dalam menjalankan prosesi mereka. Dan kalaupun nanti sudah naik kepermukaan "kocolongan" adalah tameng klasiknya. 

Pun dengan denda yang diberikan, berbanding terbalik 500rb vs 50jt dan lain-lain, dan lain-lain. Belum lagi aturan kebijakan mengenai pariwisata, pendatang asing yang masuk ke negeri ini. Mulai dari durasi karantina, maupun syarat lainnya. Tidak terkonsentrasi secara baik.

Hal-hal diskriminatif tersebut jelas membuat penduduk Indonesia yang mayoritas (90%) penganut agama tertentu menjadi antipati, sinis pada akhirnya ber asumsi sendiri-sendiri mengenai covid-19 ini hingga apapun statement yang di keluarkan pejabat pengambil kebijakan sudah dianggap sebagai angin belaka. 

Akhir-akhir ini kita sering mendengar kalimat yang terlontar dari masyarakat kalang menengah kebawah: " mau puasa, mau lebaran.. covid nya mulai ber anak cucu, nanti pas tahun baru dan hari-hari besar umat lainnya covid nya ngumpet sendiri ". Bukankah ini sikap pesimis dan sinis? Tidak bisakah para pemangku kepentingan belajar dari situasi sosial masyarakat ini? 

Hari-hari kedepan jelas akan lebih sulit untuk menyadarkan masyarakat mengenai bahaya serta dampak dari wabah pandemi ini. Secara tidak langsung alam bawah sadar masyarakat sudah "terdoktrin"  dan meng "kristal" di benak mereka karena kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemangku kepentingan itu sendiri.

Ade Tasyan Reza.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline