Pemilihan umum (pemilu) adalah suatu momen krusial dalam demokrasi, di mana masyarakat berpartisipasi dalam menentukan arah pemerintahan. Pemilu diadakan dalam suatu negara juga menandakan bahwa negara tersebut bebas dari adanya kekuasaan otoriter dan mengedepankan demokrasi sesuai dengan aturan dan hukum yang berlaku di negara tersebut. Indonesia kini memasuki masa-masa menjelang Pemilu di tahun 2024 ini. Sama halnya seperti di negara-negara yang menganut sistem demokrasi, Indonesia juga salah satu negara yang menganut sistem demokrasi, yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945. Kini, masa pemerintahan era Presiden ke-7 Indonesia, Presiden Joko Widodo yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) akan segera berakhir pada tanggal 20 Oktober 2024, setelah menjabat sebagai Presiden Indonesia selama dua periode dari tahun 2014-2019 pada periode pertama hingga periode kedua dari tahun 2019-2024.
Saat ini, menjelang berakhirnya masa pemerintahan Presiden Jokowi, Indonesia sedang berada di masa ramainya kampanye-kampanye politik menjelang Pemilu Presiden Indonesia selanjutnya. Indonesia memiliki tiga capres-cawapres resmi yang mencalonkan diri yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Menjelang Pemilu saat ini, banyaknya pemberitaan-pemberitaan palsu (hoax) yang tersebar di masyarakat, baik melalui jejaring sosial atau pemberitaan-pemberitaan palsu di media-media online lainnya. Hal ini patut menjadi perhatian bersama, agar sebagai masyarakat kita harus menjadi kritis dalam menerima pemberitaan di media-media online terutama di media sosial.
Fenomena pemberitaan hoax atau berita palsu ini juga semakin merajalela menjelang pemilu karena dapat mempengaruhi persepsi dan keputusan pemilih. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejumlah tips dan trik yang dapat membantu masyarakat menangkis pemberitaan hoax, memastikan bahwa proses demokrasi berjalan dengan baik dan didasarkan pada informasi yang akurat.
Menjadi Masyarakat Cerdas
Pahami Sumber Berita: Sebuah langkah penting dalam melawan pemberitaan hoax adalah memahami sumber informasi. Masyarakat perlu memilah-milah sumber berita dari yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Terlalu sering, berita palsu berasal dari situs web atau platform media sosial yang tidak memiliki standar jurnalisme yang jelas.
Verifikasi Informasi: Langkah kritis berikutnya adalah verifikasi informasi sebelum mempercayainya. Dengan adanya kemajuan teknologi, ada banyak sumber yang dapat digunakan untuk memverifikasi fakta, seperti situs web pengecekan fakta, arsip berita, dan laporan dari sumber terpercaya. Memastikan kebenaran informasi sebelum menyebarkannya menjadi tanggung jawab bersama.
Edukasi Media Literasi: Tingkatkan tingkat literasi media di kalangan masyarakat. Kampanye edukasi yang menyasar segala lapisan masyarakat, baik melalui sekolah, seminar, atau kampanye online, dapat membantu membangun pemahaman yang lebih baik tentang cara mengidentifikasi berita palsu dan manipulasi informasi.
Berhati-hati dengan Isu Sensasional: Hoax seringkali dikemas dengan elemen sensasional untuk menarik perhatian. Masyarakat perlu melatih diri untuk mengenali tanda-tanda berita yang terlalu dramatis atau mengandung emosi berlebihan. Berita yang seimbang dan obyektif memiliki kecenderungan lebih dapat dipercaya.
Bagikan dengan Bijak: Masyarakat harus sadar akan dampak penyebaran informasi. Sebelum membagikan berita atau artikel, penting untuk memastikan kebenaran informasi tersebut. Menjadi bijak dalam membagikan informasi dapat memutus rantai penyebaran hoax.
Gunakan Sosial Media Dengan Bijak: Sosial media adalah saluran yang sering digunakan untuk menyebarkan hoax. Masyarakat perlu melibatkan diri secara bijak, memeriksa kebenaran informasi sebelum mengunggahnya, dan berpartisipasi dalam melaporkan konten palsu. Peningkatan kesadaran tentang peran sosial media dalam penyebaran hoax juga sangat penting.