Indonesia merupakan negara dengan lebih dari 1340 suku bangsa dengan masing-masing suku tentunya memiliki kebudayaannya sendiri. Salah satunya adalah kesenian Reog Ponorogo, sesuai dengan namanya Reog Ponorogo berasal dari Ponorogo yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Reog Ponorogo merupakan sebuah kesenian yang sudah ada sejak masa dahulu hingga sekarang. Asal usul Reog Ponorogo adalah melalui cerita rakyat, yaitu sebuah legenda dan tradisi lisan yang ditulis dalam babad.
Reog Ponorogo merupakan suatu warisan kebudayaan yang berupa kesenian dari nenek moyang bangsa Indonesia yang sampai sekarang masih bertahan. Hal ini dikarenakan Reog Ponorogo memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Jawa Timur tersebut, yakni masyarakat Ponorogo. Dalam Reog Ponorogo terdapat upacara ritual yang masih berkesinambungan dengan upacara kepercayaan. Selain itu Reog Ponorogo memiliki fungsi lain, yakni sebagai sarana hiburan, interaksi, dan pendidikan.
Dalam Antropologi terdapat teori fungsionalisme yang dicetuskan oleh seorang antropologi sosial asal Inggris, yaitu Bronisaw K. Malinowski (1884-1942). Menurut Malinowski fungsionalisme adalah semua unsur kebudayaan dapat bermanfaat untuk masyarakat dimana unsur tersebut ada. Dengan kata lain, fungsi dari suatu kebudayaan paling dasar dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, yakni kebutuhan sekunder suatu masyarakat.
Adapun gagasan-gagasan dasar mengenai teori fungsionalisme dalam ilmu Antropologi, yakni
Kesatuan sosial dan budaya merupakan suatu bentuk sistem tersendiri yang dalam bagiannya terdapat unsur-unsur.
Unsur-unsurr yang ada saling melengkapi, tidak dapat dipisahkan.
Unsur-unsur dalam bagian ada karena saling melengkapi.
Keadaan saling melengkapi atau bergantung tidak serta merta tercipta sendiri, melainkan sistem tersebut ada untuk kelangsungan hidup sistem.
Jika terdapat unsur yang berubah, maka akan berpengaruh pada bagian-bagian lain.
Unsur-unsur dan bagian yang terdapat dalam Reog Ponorogo adalah agama, pendidikan, sosial, politik, birokrasi, dan estetika. Di mana unsure dan bagian-bagian tersebut tidak dapat dipisahkan atau berdiri sendiri, melainkan saling bergantung. Jika terlepas maka tidak dapat berfungsi. Setelah dianalisis mengenai teori fungsionalis, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat unsur yang saling berkaitan sehingga dapat membentuk satu kesatuan yang utuh sehingga dapat menyajikan Reog Ponorogo. Adapun fungsi daripada Reog Ponorogo ialah sebagai simbol identitas budaya, agama, pendidikan, social, politik, ekonomi, birokrasi, estetika. Dalam fungsi tersebut memiliki nilai dan makna tersendiri di dalamnya (Imam Kristianto 2019).
REFERENSI