Lihat ke Halaman Asli

Adestiyana Kurniawan

Seorang mahasiswa Antropologi S1 yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Airlangga

Implementasi Teori Fungsionalisme dalam Kesenian Reog Ponorogo

Diperbarui: 30 November 2022   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara dengan lebih dari 1340 suku bangsa dengan masing-masing suku tentunya memiliki kebudayaannya sendiri. Salah satunya adalah kesenian Reog Ponorogo, sesuai dengan namanya Reog Ponorogo berasal dari Ponorogo yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa.  Reog Ponorogo merupakan sebuah kesenian yang sudah ada sejak masa  dahulu hingga sekarang. Asal usul Reog Ponorogo adalah melalui cerita rakyat, yaitu sebuah legenda dan tradisi lisan yang ditulis dalam babad. 

Reog Ponorogo merupakan suatu warisan kebudayaan yang berupa kesenian dari nenek moyang bangsa Indonesia yang sampai sekarang masih bertahan. Hal ini dikarenakan Reog Ponorogo memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Jawa Timur tersebut, yakni masyarakat Ponorogo. Dalam Reog Ponorogo terdapat upacara ritual yang masih berkesinambungan dengan upacara kepercayaan. Selain itu Reog Ponorogo memiliki fungsi lain, yakni sebagai sarana hiburan, interaksi, dan pendidikan.

Dalam Antropologi terdapat teori fungsionalisme yang dicetuskan oleh seorang antropologi sosial asal Inggris, yaitu Bronisaw K. Malinowski (1884-1942). Menurut Malinowski fungsionalisme adalah semua unsur kebudayaan dapat bermanfaat untuk masyarakat dimana unsur tersebut ada. Dengan kata lain, fungsi dari suatu kebudayaan  paling dasar dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, yakni kebutuhan sekunder suatu masyarakat. 

Adapun gagasan-gagasan dasar mengenai teori fungsionalisme dalam ilmu Antropologi, yakni

  1. Kesatuan sosial dan budaya merupakan suatu bentuk sistem tersendiri yang dalam bagiannya terdapat unsur-unsur.

  2. Unsur-unsurr yang ada saling melengkapi, tidak dapat dipisahkan.

  3. Unsur-unsur dalam bagian ada karena saling melengkapi.

  4. Keadaan saling melengkapi atau bergantung tidak serta merta tercipta sendiri, melainkan sistem tersebut ada untuk kelangsungan hidup sistem.

  5. Jika terdapat unsur yang berubah, maka akan berpengaruh pada bagian-bagian lain.

Unsur-unsur dan bagian yang terdapat dalam Reog Ponorogo adalah agama, pendidikan, sosial, politik, birokrasi, dan estetika. Di mana unsure dan bagian-bagian tersebut tidak dapat dipisahkan atau berdiri sendiri, melainkan saling bergantung. Jika terlepas maka tidak dapat berfungsi. Setelah dianalisis mengenai teori fungsionalis, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat unsur yang saling berkaitan sehingga dapat membentuk satu kesatuan yang utuh sehingga dapat menyajikan Reog Ponorogo. Adapun fungsi daripada Reog Ponorogo ialah sebagai simbol identitas budaya, agama, pendidikan, social, politik, ekonomi, birokrasi, estetika. Dalam fungsi tersebut memiliki nilai dan makna tersendiri  di dalamnya (Imam Kristianto 2019).

REFERENSI

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline