Waktu kian berlalu. namun, Dosen belum juga datang. kami terus menunggu. Sejenak kemudian, datanglah Adama yang layaknya merpati, ia menyampaikan kabar dari Dosen jikalau dirinya berhalangan untuk datang. Lantas, pembelajaran pun diganti dengan tugas. Kami diperintahkan untuk membuat karya tulis dari hasil mengamati lingkungan kampus yang begitu membosankan. Jadi, kami segelintir manusia yang ada di kelas ini dengan aroganya dan seakan apa yang dilakukan itu paling benar pergi meninggalkan kampus menuju curug Kedung Nila di Baturaden.
Sesampainya di sana, kami disuguhkan dengan keindahan pemandangan alam yang tiada taranya seakan kami sedang singgah disurga. Setiap mata memandang tiada celah bagi hati ini untuk tidak takjub terpesona akan keelokanya. Bebatuan yang tersusun dan terukir oleh alam menampiklan keistimewaan yang pelukis maupun pemahat terhebat sekalipun tidaka akan bisa menyamai kesempurnaanya. Setiap celah diisi oleh air yang sungguh jernih. sampai sampai ikan yang berlalu lalang di dalamnya pun tidak dapat luput dari pandangan mata.
Tidak dapat diri ini menahan godaan jernihnya air yang memukau. Kami pun berenang sepanjang waktu, merasakan kesegaran dari air yang dengan sihirnya membuat jiwa dan raga ini tidak bisa berhenti untuk mengarunginya. Sayangnya waktu harus memisahkan kami dengan surga dunia ini. kami harus berhenti lantaran jam menunjukan waktu tengah siang hari yang artinya beberapa waktu kemudian, kami harus mengikuti mata kuliah berikutnya. Kami pun pulang dengan penuh bahagia terlukis di wajah. Begitulah kisah sederhana yang dapat kami tulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H