Situasi bumi saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kondisi alam di bumi semakin memburuk seiring berjalanya waktu. Mulai dari pemanasan suhu global yang semakin meningkat akhir akhir ini., polusi udara yang semakin parah di berbagai daerah kota, hingga sulitnya menemukan akses air bersih di beberapa wilayah di bumi. Kondisi ini menandai bahwa saat ini bumi sedang tidak baik baik saja.
Tercata, mulai memburuknya kondisi bumi bermula dari terjadinya revolusi industri pada sekitar tahun 1776 yang membuat teknologi semakin masif digunakan untuk perindustrian dan sarana transportasi. Seiring berjalanya waktu, semakin majunya teknologi yang diciptakan manusia, justru malah kian memperparah kondisi bumi dan mengncam keberlangsungan hidup yang ada di dalamnya. Bahkan, dalam waktu satu dekade terakhir, krisis lingkungan yang terjadi di bumi semakin memperlihatkan peningkatan yang sangat drastis.
Bahan bakar yang sering digunakan dalam teknologi, terutama dalam sektor industri dan transportasi menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap krisi lingkungan yang terjadi di bumi. Bahan bakar fosil se[erti bensin, diesel, dan avtur adalah salah satu sumber utama emisi karbon dioksida (CO2). Menurut Laporan Badan Energi Internasional (IEA), sektor transportasi bertanggungjawab atas sekitar 24% dari total emisi CO2 global. Emisi ini berkontribusi signifikan terhadap pemanasan global dan memperparah krisi iklim. Selain CO2, pembakaran bahan bakar fosil dalam trasportasi juga menghasilkan polutan udara seperti nitrigen dioksida (NOx) dan partikel halus (PM2.5), yang dapat merusak kesehatan manusia dan ekosistem. Polusi ini terutama berdampak buruk di wilayah perkotaan yang padat kendaraan, hal ini dapat menyebabkan peningkatan penyakit pernapasan dan jantung pada manusia.
Di lain sisi, sektor industri juga merupakan salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2), dan metana (CH4), dan dinitrogen dioksida (N2O). Sektor industri, termasuk manufaktur, produksi energi, dan pemrosesan bahan bakar fosil, menyumbang lebih dari 20% dari total emisi global. Gas-gas ini berkontribusi terhadap pemanasan global, yang memperburuk perubahan iklim. Selain itu, Industri pertainian dan peternakan juga berperan dalam krisis air yang terjadi di bumi saat ini, industri ini sering menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang dapat terbawa ke saluran air oleh hujan. Bahan kimia ini menyebabkan pertumbuhan ganggang berlebihan (eutrofikasi), merusak kualitas air, dan mengurangi kadar oksigen sehingga membahayakan ekosistem yang ada di dalamnya.
Untuk mengatasi krisis lingkungan yang semakin parah ini, perlu dilakukan upaya terpadu yang melibatkan pemerintah, industri, dan masyarakat. Pemerintah harus memperjuat regulasi terkait emisi karbon dan polusi udara, serta mempercepat transisi ke energi baru terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidro. Industri juga harus menerapkan teknologi ramah lingkungan, seperti daur ulang, pengurangan limbah, dan penggunaan bahan bakar alternatif yang rendah karbon, Di sisi lain, masyarakat bisa berkontribusi dengan mengadopsi gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan efisien, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendukung produk produk yang diproduksi secara efisien dan menggunakan kendaraan umum sebagai alat transportasi. Langkah-langkah ini, jika diambil secara kolektif dan berkelanjutan, dapat membantu memitigasi dampak buruk terhadap lingkungan dana melindungi generasi mendatang
-OPINI-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H