Lihat ke Halaman Asli

Ade Surya Prasetyo

Mahasiswa Universitas Udayana

Menyoroti Fenomena Brain Drain di Indonesia

Diperbarui: 22 Januari 2025   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Brain Drain (Sumber: Genetic Literacy Project)

Menurut cambridge dictionarty Brain drain adalah hilangnya banyak tenaga kerja yang sangat terampil dan berpendidikan tinggi dari suatu negara ke negara lain di mana mereka dapat menghasilkan lebih banyak uang atau mendapatkan kondisi hidup yang lebih baik.

Fenomena brain drain menjadi salah satu tantangan serius bagi Indonesia yang sedang menghadapi bonus demografi yang puncaknya akan terjadi pada tahun 2030. Bonus demografi dapat menjadi peluang yang dimanfaatkan Indonesia untuk menjadi negara maju

Selama periode 2019 hingga 2022, tercatat sebanyak 3.912 Warga Negara Indonesia (WNI) memilih untuk menjadi warga negara Singapura. Sebagian besar dari mereka adalah individu dengan keahlian khusus yang tertarik oleh peluang kerja, infrastruktur, dan sistem pendidikan yang lebih unggul di Singapura.

Fenomena brain drain ini tidak lepas dari sejumlah faktor pendorong. Di luar negeri, para tenaga kerja Indonesia merasa lebih dihargai, baik dari segi pengakuan profesional maupun kesempatan karir. Selain itu, tawaran gaji yang lebih kompetitif serta jaminan masa depan yang lebih jelas, seperti akses terhadap layanan kesehatan, keamanan sosial, dan lingkungan kerja yang mendukung, menjadi daya tarik yang sulit diabaikan. Hal ini menunjukkan perlunya langkah strategis untuk meningkatkan daya tarik dan retensi tenaga kerja berbakat di Indonesia agar potensi mereka dapat berkontribusi pada pembangunan bangsa.

Berdasarkan analisis World Bank, brain drain dapat memiliki konsekuensi serius di berbagai sektor. Dari segi ekonomi, hilangnya tenaga kerja berketerampilan tinggi menyebabkan kerugian investasi pendidikan yang telah dikeluarkan negara, penurunan potensi inovasi dan produktivitas nasional, melemahnya daya saing ekonomi jangka panjang, serta kehilangan potensi pajak dari tenaga kerja ahli.

Di sektor kesehatan, kekurangan tenaga medis spesialis di daerah menyebabkan meningkatnya beban kerja pada tenaga kesehatan yang tersisa dan memperlebar kesenjangan pelayanan antara kota besar dan daerah terpencil.

Sektor pendidikan juga terdampak dengan berkurangnya tenaga pengajar berkualitas, menurunnya kualitas penelitian di perguruan tinggi, serta terhambatnya transfer pengetahuan dan teknologi.

Secara sosial, brain drain memperbesar kesenjangan pembangunan antar wilayah, menghambat pengembangan SDM nasional, dan mengurangi jumlah role model bagi generasi muda.

Namun, jika dikelola dengan baik, fenomena ini dapat memberikan dampak positif, seperti peningkatan remitansi dari pekerja luar negeri, transfer pengetahuan saat para profesional kembali, terbentuknya jaringan diaspora untuk mendukung pembangunan, serta peningkatan standar profesionalisme melalui paparan internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline