Revolusi digital telah memunculkan era baru yang didorong oleh kehadiran teknologi yang semakin hari kian canggih, terutama kecerdasan buatan atau yang dikenal dengan Artificial Intelligence (AI).
Selama dekade terakhir, AI telah menjadi salah satu pilar utama dalam transformasi digital dan telah meresapi hampir setiap aspek kehidupan kita di dunia modern ini, termasuk dalam dunia pendidikan. Dengan pertumbuhan pesat yang semakin baik dari waktu ke waktu dalam kapabilitasnya, AI telah membuka pintu menuju masa depan teknologi yang penuh potensi, namun juga tentunya diiringi dengan sejumlah tantangan dan konsekuensi.
Dalam dunia pendidikan, AI menjadi peluang atau ancaman? Pertanyaan ini menjadi sangat penting untuk dijawab mengingat penggunaan AI dalam pendidikan telah menawarkan potensi besar untuk peningkatan efisiensi serta efektivitas pembelajaran. Namun, di balik itu, terdapat pula tantangan serta dilema etika terkait dengan penggunaan AI dalam pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian serius.
Menelaah Tantangan dan Dilema Etika Penggunaan AI
Dalam menyongsong era Revolusi Industri 4.0, penulis memandang perlunya kebijaksanaan bagi kita semua dalam mengelola perubahan dan menavigasi tantangan yang ada. Di era modern khususnya perkotaan, dengan akses internet yang semakin mudah dalam genggaman, teknologi seperti AI seharusnya bisa digunakan sebagai alat bantu yang produktif. Salah satu jurnal pada tahun 2022 yang mengulas dampak positif penggunaan AI dalam pendidikan seperti Pendidikan Berbasis Web Cerdas, menyatakan bahwa AI sebagai kecerdasan buatan bisa memberikan banyak kemudahan dalam penyelesaian suatu tugas akademik, mempercepat proses pengerjaan suatu olah data, dan memberikan bantuan yang efektif bagi pelajar atau mahasiswa serta para tenaga pengajar. Selain itu, AI juga telah terbukti menawarkan banyak kemudahan dapat membantu dalam mengontrol serta memantau pembelajaran, dan tentunya memiliki potensi untuk memajukan berbagai bidang, termasuk dalam pembelajaran itu sendiri asalkan digunakan secara tepat.
Contoh lain pemanfaatan AI secara tepat dalam dunia pendidikan, yakni diciptakannya alat pendeteksi kualitas udara oleh Mahasiswa Teknik dari UMM Malang pada Agustus 2023 lalu. Alat tersebut memiliki tingkat akurasinya mencapai 90%, dan memiliki kemiripan hasil dengan pengukuran kualitas udara oleh BMKG. Mereka juga telah melakukan uji coba di beberapa daerah di Malang.
Meskipun AI dapat memberikan manfaat besar, perlu diingat bahwa teknologi ini seharusnya mendukung, bukan menggantikan peran manusia dalam bidang pendidikan. Penggunaan AI yang tidak terkontrol bisa menyebabkan ketergantungan yang bisa mengakibatkan melemahnya kemampuan analisa dan berpikir kritis yang dimiliki oleh tenaga pengajar maupun siswa.
Sebagai contoh, kepercayaan serta ketergantungan yang berlebihan terhadap ChatBot AI dapat menyebabkan pengajar ataupun pelajar tidak melakukan cross-check ulang terhadap hasil yang mereka dapatkan dari AI. Padahal hasil olahan data dari ChatBot AI belum tentu benar serta sesuai fakta riil yang ada di lapangan. Penggunaan ChatBot AI misalnya, juga memiliki risiko peningkatan kebocoran data, yang tentunya hal ini bisa menyebabkan data pribadi para penggunanya menjadi mudah diperoleh bahkan hingga disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Kepekaan dan Empati Manusia: Keunggulan yang Sulit Ditiru AI
Dalam konteks pendidikan, kepekaan serta empati yang dimiliki manusia memainkan peran penting yang sulit ditandingi oleh kecerdasan buatan. Meskipun AI mampu memberikan informasi dan panduan secara teknis, namun kemampuan untuk memahami dan merespons emosi manusia belum bisa sepenuhnya direplikasi oleh AI. Misalnya, seorang dosen tidak hanya memberikan penjelasan materi secara dingin, namun mereka juga bisa membaca ekspresi wajah serta sikap mahasiswanya untuk bisa menyesuaikan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Kepekaan inilah yang bisa menciptakan lingkungan belajar secara lebih mendalam dan tentunya lebih personal.