Smart Retail adalah istilah baru yang digunakan dalam menggambarkan pergeseran pasar dari Retail konvensuional kebentuk digital. Bisnis smart retail global bahkan diperkirakan mencapai US$59,02 miliar pada 2025. Angka ini meningkat signifikan dari sebelumnya sebesar US$8,56 miliar pada 2016. Smart retail pun diproyeksi mengalami pertumbuhan sehat lebih dari 23,90% selama periode 2018-2025. Dalam ekonomi global saat ini data konsumen menjadi hal yang paling penting untuk dimiliki perusahaan agar dapat terus mengembangkan ekonominya. Pergeseran Retail konvensional ke smart retail bukan tanpa alasan, ada beberapa keuntungan dari perubahan pola pasar tersebut, yang pertama, pemberitahuan pembeli prioritas datang, yaitu mengetahui profil konsumen dan barang yang banyak diminati, kedua, notifikasi statistik pembelian, ketiga, dapat mengindentifikasi tempat belanja yang sering dikunjungi pembeli, keempat, mengetahui barang yang sering dilihat, seperti halnya sistem barang belanjaan yang disimpan pada fitur kerangjang pada E-Commerce, kelima, smart chack out.
Pada 2018 fenomena yang cukup mengejutkan terjadi di Tiongkok, di mana perusahaaan teknologi sebesar Tencent memebeli saham korporasi Retail konvensional yang berbasis di Prancis, yaitu Carrefour ditengah penurunan penjualan sebesar 5,4%. Di ere ekonomi saat ini akan terasa berat bila suatu perusahaan hanya membuka sebuah toko tanpa menggandeng pasar berbasis teknologi. Sehingga banyak perusahaan yang melakuakan siasat ekonomi dengan shifting bisnis modal dengan tetep memiliki gerai secara offline namun menggandeng perusaan teknologi untuk berjualan secara onlien , karena saat ini, data konsumen dapat memprofiling setiap konsumen dan menjadi strategi paling mutakhir.
Dari apa yang dituturkan oleh salah seorang narasumber, STA (21 tahun) yang bekerja pada salah satu retail offline di Mall Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. , mengungkapkan bahwa smart retail dapat menjadi sebuah peluang utama sekaligus pendorong dan tantangan. Pandemi COVID-19 global turut berimbas pada bisnis retail karena berbagai batasan hingga penurunan pengunjung toko retail secara signifikan. Kehadiran smart retail turut mendorong pemulihan bisnis. Pertumbuhan smart retail terutama terkait dengan tren teknologi yang signifikan hingga dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi retailer. Di sisi lain, tren ini juga dapat meningkatkan dukungan pengguna ponsel pintar, mengurangi biaya komponen elektronik, meningkatkan tuntutan untuk pengalaman berbelanja bagi pelanggan yang lebih baik, apalagi ditengah masyarakt indonesia yang bisa dibilang sangat konsumtif karena 50% pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh hobi belanja masyrakat.
Dalam melihat contoh fenomena di atas, Manuel Castells merupakan figur sentral yang mebahas 'disorganisasi' modernitas melalui studi tripartit (1996-1998). Manuel Castells melihat disorganisasi sebagai konsekuensi dari ciri-ciri yang menyatu dalam globalisasi kontemporer. Manuel Castells mengakui bahwa informasi memainkan peran penting dalam pengorganisasian aktivitas ekonomi dalam masyarakat kontemporer. Penerapan pengetahuan dan informasi menghasilkan proses inovasi teknik yang kumulatif yang memberikan pengaruh signifikan pada organisasi sosial (Castells, 1996; 16-17, 32). Manuel Castells menambahkan argumennya mengenai klaim bahwa merefleksikan artikulasi informasi yang erat dengan ekspansi modal secara global.
Masyarakat baru adalah masyrakat yang menggunakan modal tersebut dan tunduk pada informasi teknis yang terstruktur dan dinamika dari keduanya tidak dapat dipisahkan. Sehingga apa yang disebut oleh Manuel Castells bukanlah masyarakat 'informasi' melainkah masyarakat 'informasional'. Masyarakat informasional ini menurut Manuel Castells, muncul disemua ekonomi kapitalis maju, meskipun pada awalnya muncul di Amerika Utara dan Eropa Utara. Semenjak runtuhnya komunisme, masyarakat informasional ini telah berkembang cepat di Rusia dan Eropa Timur, dan juga berkembang di negara-negara Asia Pasifik. Meskipun setiap masyarakat memiliki titik tolak historinya sendiri, namun masing-masing didorong oleh logika informasionalisme global yang hampir sama.
Terdapat dua unsur pada corak produksi di dalam masyarakat informasional. Pertama, terdapat perluasan global operasi bisnis melalui pembangunanan hubungan transnasional yang kompleks, kedua, adanya peleburan jaringan ekonomi dengan jaringan informasi. Krisis Fiskal - (Fiskal merupakan segala urusan yang berkenaan dengan pajak atau pendapatan negara) yang dihadapi oleh negara-negra terkemuka pada 1970-an menurunkan tingkat permintaan oleh negara dan mendorong perusahaan untuk mencari pasar-pasar luar negeri yang baru. Ini merupakan dasar dari dorongan ke arah globalisasi 1980-an. Ekspansi global ini bersamaan dengan pengenalan dan penerapan, dalam bisnis, teknologi-teknologi baru dalam penyusunan, pemprosesan dan pengiriman informasi dan pada akhir abad ke-20 adanya suatu ledakan teknologi transformasi yang transformatif. Manuel Castells berargumen bahwa penerapan dari teknologi informasi membawa pada peningkatan produktivitas dan efisiensi dan menghasilkan perubahan organisasional yag dramatis yang memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk beroperasi pada skala global dengan cara-cara yang tidak mungkin dilakukan pada masa-masa sebelumnya.
Sejak 1980-an ekspansi operasi-operasi bisnis global melibatkan 'logika organisasional' baru tentang 'perusahaan yang berjaringan' yang dicirikan oleh operasi-operasi yang bersifat fleksibel dan post-fordis. Pembuatan jaringan perusaahaan ini muncul sebagai respon dari ekonomi yang baru. Perubahan-perubahan manajerial dalam perusahaan seringakali digambarkan sebagai 'jepangisasi' dalam manajemen Barat. Dalam pasar perusahaan besar yang terorganisasi secara hierarkis mulai hilang, sedangkan perusahaan yang 'kurus' cenderung untuk masuk ke dalam aliansi fianansial dan komersial serta kesepakatan dan membentuk struktur organisasi yang lebih horizontal.
Perubahan organisasional mentransformasi ekonomi dunia menjadi sebuah ekonomi global yang berbeda. Ekonomi global adalah sebuah ekonomi dengan kemampuan untuk bekerja sebagai sebuah unit secara real time, 24 jam dalam sehari melalui pengikalanan terutama dalam masifnya penggunaan sosial media ditengah masyrakat saat ini. Menurut Manuel Castells, peningkatan jumlah produksi dan distribusi, sekarang diorganisasikan aliansi dan asosiasi global dari perusahaan berjaringan.
Daftar Pustaka :
- John Scott. 2012. Teori Sosial Masalah-Masalah Pokok Dalam Sosiologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
- Anthony Giddens dan Jonathan Turner. 2008. Social Theory Today. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H