Kang Pepih,
Dalam pagi yang masih ranum aku sempat meronce sekalung mutiara rindu untukmu yang sempat menulis baitbait kata perpisahan untukku di akunmu. Ada rasa rindu yang bergelora dengan celotehmu seperti masamasa dulu, meski sering terhujat dan tercekik makian namun hatimu tak pernah terseret emosi.
Kang Pepih,
Karenamu aku ada disini, lalu menuliskan tentang keindahan rinai hujan sisasisa semalam yang tak lagi menghadirkan cerita sendu maupun pilu namun pamitmu serupa atap kayu yang meretakkan lalu melumpuhkan tiangtiang penjangga kakikaki pujangga Kompasiana.
Kang Pepih,
Senyummu yang terkembang dari hatimu akan menjadi untaian kenangan yang terindah buatku...bait katakatamu akan selalu menjadi penyejuk kalbuku dikala hati dan pikiranku penuh dengan pikiran pikiran berdebu.
Kang Pepih,
Kaulah inspirasiku dikala aku tak mampu mengelak dari rasa emosi yang selalu menjerat erat...kau selalu tetep tenang,cool dan kalem meski beribu tulisan selalu menghujat dan mencela lalu menyalahkan dirimu,namun hatimu selalu sabar menghadapinya....
Kang Pepih,
Selamat menjalankan ibadah puasa yang kang Pepih...
Semoga kang Pepih sehat selalu dan senantiasa ada dalam lindunganNYA ..sukses selalu yah,kang...