Lihat ke Halaman Asli

Kota Premium

Diperbarui: 1 Maret 2023   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: doc. pribadi

Itu tanah tak bertuan

Masyarakat sekitar pernah mencampakkannya

Lebih memilih tidur di bawah atap hutan penghujan

Burung puyuh pun enggan bersarang pada punggung bukitnya

Itu tanah pernah tak bertuan

Bibir pantai nan merekah enggan dijamah siapapun

Sampai manusia perahu berlayar dari utara

Cadiknya mengecup bibir pantai yang malu-malu pasrah menerima

Itu tanah tak bertuan girang minta ampun

Seperti perawan tua ketiban mimpi

Setelah penantian waktu tak pasti

Para pelaut dari utara datang menghantar belis kawin

Mereka tinggal di tanah tak bertuan

 Bertumbuh, kawin dan berkembang biak

Bangun kampung dan tempat tambat pinisi serta nelayan

Tanah jadi sakral, tiap senja azan panggil pulang orang-orang di pantai balik

Satu senja perompak dari barat mengintai dari balik ujung pulau

Membujuk anak-anak manusia perahu bersekutu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline