Lihat ke Halaman Asli

Inspirasi Islandia Mana Lagi yang Kau Tanyakan?

Diperbarui: 3 Juli 2016   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemain Islandia merayakan kemenangan atas Inggris (sumber juara.net)

Lionel Messi gagal menendang penalti. Argentina gagal juara Copa America Centenario 2016. Keluar dari ruang ganti, Messi nyatakan pensiun dari timnas Argentina. Media tak berhari-hari menulis Messi karena tergantikan oleh kejutan Islandia atas Inggris di 16 besar Piala Eropa 2016.

Kejadian Messi dan Islandia hanya dalam rentang dua hari, 27-28 Juni 2016. Messi memperlihatkan pada kita, dia tetap manusia. Tapi bukan berarti jadi pembenaran untuk sekeliling kita, ''Messi aja yang pagi sore latihan, gagal penalti. Apalagi, kita ini.'' Atau nanti ada yang berprasangka begini,''Nah, lho. Inggris yang bagus liganya bisa dikalahkan negara yang tak punya liga profesional.''

Seharusnya kegagalan Messi penalti di saat penting itu menyadarkan bahwa seorang pemain profesional terbaik dunia yang saban hari latihan bisa gagal. Apalagi jika kita tak latihan. Kegagalan Inggris oleh sebuah negara yang hanya berpenduduk 300 ribu jiwa, menyadarkan kita, negara besar dan kompetisi terbaik dunia saja belum mampu bikin sepak bolanya hebat. Apalagi kita, yang tak berkesudahan ributnya sehingga kompetisi amburadul.

Messi dan Islandia, adalah dua sisi dari keberuntungan. Messi memang tidak beruntung untuk mengangkat tropi bagi negaranya. Tapi Islandia juga bukan karena sekadar keberuntungan bisa melaju ke 8 Besar Piala Eropa 2016. Karenanya, mari kita fokus ke Islandia saja mencari inspirasi.

Setelah sukses kalahkan Inggris, seharusnya orang ingat bahwa negeri itulah yang membungkam Belanda dua kali di kualifikasi Piala Eropa 2016. Islandia yang bikin kita tak bisa menonton bakat-bakat tim oranye. Tapi kita juga harus tarik ke belakang, mengapa Islandia bisa hebat. Sudah banyak media yang nulis. Ini karena revolusi sepak bolanya dalam 10 tahun terakhir. Revolusi yang melibatkan federasi sepak bolanya (KSI) dan pemerintahannya.

Revolusi yang sebenarnya sederhana dan bisa kita tiru. Meningkatkan infrastruktur, melahirkan banyak pelatih berkualitas, lalu pelatih itu pula yang menghasilkan pemain muda berkualitas. Infrastruktur ditambah agar mereka bisa main bola dalam ruangan karena negeri ini super dingin. Soal pelatih, KSI yakin  melahirkan pemain berkualitas, memerlukanpelatih berkualitas. Dan untuk melahirkan pelatih berkualitas, diperlukan pendidikan kepelatihan yang berkualitas pula.

Ada hal unik lagi, pemain Islandia direlakan klubnya bermain ke luar negeri. Walau klub itu tak dapat biaya transfer. Ya, Islandia jadi pencetak pemain dan ''dijual''. Sehingga, hampir 100 persen pemain timnasnya ditempa di luar negeri. Ditambah ramuan pelatih Lars Lagerback yang tahu karakteristik pemain Islandia yang pekerja keras, maka jadilah tim ini, oke. Kuat mental dan fisik. Seakan alamnya yang bersuhu 0 hingga -10 celsius itu memunculkan manusia tegar yang betahan hidup.

Lantas, akankah berlanjut kejutan Islandia atas Prancis Senin 4 Juli nanti? Berlanjut atau tidak, Islandia telah menginspirasi. Inspirasi yang sebenarnya bisa kita tiru. Hingga tak sia-sia kita begadang. Inspirasi mana lagi yang akan ditanyakan? ###

(Penulis Ade Adran Syahlan. Dapat dihubungi melalui akun twitternya @adesyahlan. Tulisan ini telah terbit di koran Batam Pos edisi Minggu 3 Juli 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline