Lihat ke Halaman Asli

Seandainya Sepak Bola Ada di Kontingen Kepri ke PON 2016

Diperbarui: 29 Mei 2016   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atlet Kepri yang lolos PON 2016 (facebook)

'Sayang sepak bola tak lolos PON. Kalau lolos, tergerak hati saya menulis nasib yang dialami atlet Kepri yang lolos PON 2016''.

Kali ini saya tidak mengutip pernyataan orang lain. Kalimat pembuka di atas, omongan saya sendiri. Diucapkan saat ngobrol dengan tetangga. Kami membicarakan aksi penggalangan dana atlet-atlet Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang lolos Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016, Minggu 22 Mei lalu. Atlet-atlet itu turun ke jalan meminta sumbangan koin dari masyarakat. Ini aksi yang rasanya tak pernah ada sebelumnya di negara ini.

Bayangkan saja. PON XIX akan digelar 17 September 2016 di Jabar. Artinya dari aksi tanggal 22 Mei,lebih kurang 118 hari lagi. Tapi sebanyak 69 atlet dari 22 cabang olahraga (cabor) itu belum dapat kucuran dana memadai untuk persiapan latihan menuju pesta olah raga antar provinsi tersebut dari KONI Kepri. Bersama pelatih dan pengurus cabor masing-masing mereka mengatasinya. Tapi sampai kapan. Padahal target dicanangkan KONI Kepri peringkat 15 dengan 10 medali emas. Target yang naik, dari sebelumnya peringkat 22.

Hemm. Akhirnya saya tergerak menulisnya juga. Seandainya sepak bola lolos, maka akan ada tambahan setidaknya 18 atlet yang ikut turun ke jalan mengumpulkan koin demi koin dari masyarakat. Anak bola akan tampil lebih cuek. Bisa jadi lebih heboh. Tak hanya sekitaran jalan di Dataran Engku Putri Batam tapi juga di kedai-kedai kopi atau food court.

Dan saya, akan menghebohkannya di dunia maya. Sayang, saya tak melakukannya. Saya hanya pemerhati yang tak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa memberi like pada komen di akun Facebook (FB) Usep RS. Hanya di FB Usep, saya bisa lebih tahu awal keprihatinan pelatih dan atlet tersebut.

Tapi dibalik itu, saya dapat ''hikmah''. Kalau sepak bola lolos PON, maka akan jadi pembenaran atletnya banyak, tapi medali emasnya cuma satu. Pernyataan yang nantinya akan bikin pembenaran lagi, gara-gara sepak bola, kontingen PON Kepri gagal berangkat. Huuh!

Ya, kalaupun sepak bola tak lolos, kenapa atlet layar yang tak sebanyak bola tak bisa terselamatkan? Padahal dari merekalah  sebagian besar target 10 emas bisa tercapai. Ingat, pada PON 2012 lalu, tiga dari empat emas Kepri berasal dari mereka. Mereka yang benar-benar anak jati Kepri. Anak Nongsa, Batam.

Maaf, tulisan saya kali ini ngelantur ke sana ke mari. Tapi yang jelas, saya menulisnya dengan geram sehingga bikin bulu kuduk berdiri. Penampakan wajah baru yang ada di kepengurusan KONI Kepri, ternyata tak berbanding lurus dengan pengharapan saya pada mereka.

Teringat kata-kata Marzuki, Ketua Asprov PSSI Kepri saat memberi wejangan tersirat untuk Ketua PSSI Batam terpilih, Rustam Efendi pada Muscab PSSI Batam 21 Mei 2016. ''Sekarang olah raga saya golf. Tapi saya pengurus sepak bola. Ngurus bola ini, bikin adrenalin saya naik.''

Karena itu, dengan kata seandainya, adrenalin saya tergerak untuk menuliskan keprihatinan atlet-atlet Kepri. Walau saya yakin, tulisan ini belum tentu dibaca apalagi untuk menggerakkan adrenalin  pihak-pihak yang harus bertanggungjawab pada nasib atlet-atlet Kepri ke PON 2016.###

(Penulis Ade Adran Syahlan. Dapat dihubungi melalui akun twitternya @adesyahlan. Tulisan ini telah terbit di koran Batam Pos edisi Minggu 29 Mei 2016)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline