Lihat ke Halaman Asli

Kutukan untuk Personil Tim Transisi PSSI

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Dari 17 nama anggota Tim Transisi bentukan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, satu orang pernah bersalaman dan ngobrol panjang dengan saya. Namanya Andrew Darwis (35 tahun). Pendiri dan pemilik komunitas online terbesar di Indonesia, Kaskus. Selebihnya 16 orang lain tak pernah. Bisakah mereka ini menjalankan tugasnya, mengambilalih kewenangan PSSI?

Bersalaman dan ngobrol dengan Andrew pun sudah lama empat tahun lalu. Tepatnya, 27 Januari 2011. Saat dia jadi pembicara "Digitalpreneur-Peluang Usaha Kreatif dan Inovatif versi Anak Muda" yang digelar Batam Pos Enterpreneur School (BPES) di Hotel Pacific, Batam. Sayang, hape butut saya yang suka eror, telah menghilangkan data nomor hape Andrew. Tak bisa kirim SMS mengucapkan selamat jadi Tim Transisi.


Tapi melalui akun twitternya @adarwis saya menyampaikan ini "Semoga dianggap kutukan. Sama sprti mas dirikan Kaskus. Yg harus betul2 dijaga. Salam dr Batam." Ya, kutukan. Saya jadi teringat omongan Andrew saat seminar itu yang saya tulis di blog adeadransyahlan.com sehari sesudahnya, 28 Januari 2011. "Bagi saya, Kaskus ibarat kutukan. Bayangkan saja, saya susah tidur dibuatnya. Dan susah juga aktifitas lain. Sedang enak kongkow sama teman-teman, tiba-tiba ada kabar server down. Saya harus segera membereskan. Kutukan, tapi saya senang juga.''


Andrew tampil sangat bersahaja dan bergaya anak muda saat seminar itu. Baju kemeja putih lengan panjang yang dikeluarkan, dipadu dengan celana jeans biru. Dia pun mengaku terus terang, tak pandai bercakap-cakap bak peseminar hebat. Makanya, dia cukup menampilkan diproyektor apa yang sudah dibuat diri dan timnya. Dan tinggal memencet semua itu dari hapenya.


Tapi ketika ditanya peserta seminar, mengapa diberi nama Kaskus, dan bagaimana perjuangannya, jawaban Andrew sangatlah "manusiawi". Tanpa banyak diplomatis atau ditutup-tutupi. Bahkan dia enak saja mengakui, bahwa Kaskus sempat dicap situs porno, sebelum orang lain bertanya tentang hal itu. Yakni ketika seorang dosen berjilbab menyatakan bahwa di kampus mereka, Kaskus diblokir. Terlihat sekali, bagaimana Andrew "bermain menikmati" kutukan yang dia sebutkan itu.


"Kami kan awalnya bertiga. Ketika kami lihat di Kaskus yang online tiga orang. Berarti kami saja itu. Lalu besok tambah satu. Kami semangat, eh ada yang berkunjung. Mungkin tersesat tuh. Hingga seterusnya bertambah. Hingga capai jutaan sekarang."


Kini Mei 2015, saya yakin member Kaskus lebih 7 juta orang. Pada Agustus 2014 saja ketika datang ke Rumah Transisi, markas pendukung Jokowi-JK kepada pers Andrew menyatakan telah 7 juta pemilik akun member Kaskus serta ada 25 juta pengakses tiap harinya yang tidak memiliki akun.


Lantas, tugas Tim Transisi ini kutukan? "Amanah yg berat tapi sy akan berusaha sekuat tenaga menyumbangkan pikiran utk menuju sepak bola prestasi di masa depan. Mohon doa dan restu. Terima kasih buat kepercayaan yang diberikan Menpora @imam_nahrawi - salam olah raga" Begitu tulis Andrew di akun Twitternya yang berfollower 117 ribu lebih itu pada jam 23.38 WIB Jumat 8 Mei 2015.


Bagi saya, ngetwit Andrew jam segitu pertanda bahwa dia "bermain menikmati" kutukannya. Kutukan yang betul-betul dijaga untuk dibereskan walau tengah malam. Apalagi, Tim Transisi adalah "kutukan baru" yang lebih menantang. Tugas negara. Tugas yang dibikin Menpora dengan semangat "Indonesia Memanggil" kepada seluruh 17 pemain Tim Transisinya. (tulisan ini telah terbit di koran Batam Pos dan majalah.batampos.co.id edisi Minggu 10 Mei 2015) ###




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline