Pansel Capim KPK akhir-akhir ini jadi sorotan di beberapa pemberitaan media. Salah satu yang menjadi sorotan adalah banyak lolosnya para purnawirawan maupun anggota polisi yang masih aktif. Jika dilihat dari regulasi memang tidak ada larangan bagi anggota polisi maupun purnawirawan untuk mencalonkan diri menjadi pimpinan KPK. Tapi media dan masyarakat menolak lupa dengan kasus cicak buaya, baik itu jilid I (2009) maupun jilid II (2012).Kritik mengenai banyaknya calon pimpinan KPK yang berasal dari kepolisian banyak disuarakan. Salah satunya pernyataan ekonom senior Rizal Ramli yang menyatakan bahwa KPK bisa tak bertaring jika dipimpin oleh kepolisian karena KPK ini berdiri atas dasar ketidakmampuan kepolisian menangani kasus korupsi.
Tidak cukup sampai di sana, Pansel Capim KPK menjadi sorotan memang karena seksinya posisi pimpinan KPK. Bagaimana tidak? Konferensi pers KPK menjadi hal yang ditunggu di negeri ini. Layaknya fatamorgana telaga di tengah teriknya padang pasir, berita duka yang di sampaikan KPK menjadi berita suka-cita. Setiap kata-kata yang keluar dari mulut pimpinan KPK ketika konferensi pers dipastikan akan menjadi tranding topik di media sosial.
Kompensasi sebagai selebritis menjadi nilai tambah menjadi anggota KPK. Siapa yang tak kenal Abraham Samad, Bambang Widjajato, Bibit Samad Riyanto, Chandra Hamzah, Agus Rahardjo dan Laode Syarif. Pada Pemilu 2014 lalu Abraham Samad namanya cukup diperhitungkan untuk ikut kontestasi Pilpres. Walaupun secara resmi mengajukan Dahlan Iskan sebagai pemenang konversi partai demokrat tapi beredar berita bahwa partai demokrat menawarkan Pramono Edie - Abraham Samad. Walaupun tidak mengikuti secara resmi konversi partai demokrat publik melihat Abraham Samad namanya sejajar dengan Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Dino Patti Djalal dan nama-nama populis lainnya.
Bahkan saking seksinya juru bicara KPK pun ikut menjadi selebritis, sebut saja Johan Budi yang naik tahta menjadi Jubir Presiden kemudian sekarang menjadi politisi PDIP, bahkan utuk periode 2019-2024 dia dipastikan duduk di parlemen. Selanjutnya adalah Febri Diansyah, Jubir baru KPK yang punya kharisma luar biasa. Menarik juga diikuti perkembangan karir Febri Diansyah selanjutnya.
Perbincangan mengenai KPK nyatanya merupakan dagangan laris di negeri ini. Terbukti dengan banyaknya acara-acara diskusi di televisi yang secara khusus membahas mengenai KPK.
Berbagai goyangan yang menimpa kursi pimpinan KPK tidak cukup kuat menggoyahkan kepercayaan publik pada institusi ini. Justru semakin menguatkan para pimpinannya di mata publik. Semakin sering digoyang semakin publik berontak. Teror-teror yang menimpa pimpinan maupun pegawai KPK pun seakan membuat eksistensi institusi ini makin bersinar.
Tapi terlepas dari itu semua kita semua berharap siapapun yang duduk di kursi pimpinan KPK tuhan selalu melindunginya karena harapan publik jelas, ingin institusi ini kuat sehingga mampu memberantas korupsi di negeri ini. Publik dipastikan sangat siap untuk bahu-membahu menjadi penyangga gedung merah putih diri goncangan badai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H