ASPEK POLITIK DAN KELEMBAGAAN ISLAM
DISUSUN OLEH:
- Ade Rahma Intan Fadila
- Ahmad Wahidi, S.Ag., S.Ip., M.Pd.I
- PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
- FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN RADEN FATAH PALEMBANG
Aspek politik
Kajian tentang hubungan islam dan politik adalah suatu kajian yang tidak akan ada habis-habisnya sebagaimana di umpamakan oleh Nurcholis Madjid laksana menimbah air zamzam di tanah suci. Kenapa?
Pertama, disebabkan kekayaan sumber bahasan, sebagai buah lima belas abad sejarah akumulasi pengalaman dunia islam dalam membangun kebudayaan dan keberadaban. kedua, kompleksitas permasalahan, sehingga setiap pembahasan dengan sendirinya tergiring untuk memasuki satu atau beberapa pintu pendekatan yang terbatas. pembahasan yang menyeluruh akan menuntut tidak saja kemampuan yang juga menyeluruh,tapi juga kesadaran untuk tidak membiarkan diri terjerembab ke dalam reduksionisme dan kecenderungan penyederhanaan persoalan. Ketiga, pembahasan tentang agama dan politik dalam islam ini agaknya akan terus berkepanjangan, mengingat sifatnya yang mau-tak-mau melihat pemandangan idiologis sebagai kelompok masyarakat, khususnya kalangan kaum muslim sendiri.
Pemikiran Hassan al-Banna yang berkaitan dengan politik terbagi dalam 3 (tiga) kelompok pikiran, 1) reformasi sosial dengan asas akidah, 2) tidak adanya pemisahan agamadan negara 3) syariat Islam sebagai undang-undang tertinggi dalam pemerintahan Islam. Ikhwanul Muslimin (IM) memproklamirkan diri sebagai gerakan politik pada tahun 1939, yaitu pada Muktamar ke-5 IM, bertepatan dengan peringatan 10 tahun kelahirannya.
Ada dua alasan pokok yang berkaitan politik yang merupakan tujuan umumnya, yaitu; pertama membebaskan negara Islam dari penguasa asing. Kedua, mendirikan negara Islam yang bebas melaksanakan hukum Islam, menerapkan sistem sosial masyarakat dan menyampaikan prinsip dan dakwahnya kepada seluruh manusia.
Kelembagaan islam
Salah satu lembaga islam yang paling banyak dibahas adalah lembaga pendidikakn islam. Sejarah perkembagangan dan pertumbuhan pendidikan islam di indonesia ditandai munculnya lembaga-lembaga pendidikan islam yang sangat bervariasi yang memiliki hubungan subtansial dan fungsional.
Dinamika pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan lembaga pendidikan islam dipengaruhi oleh faktor internal; para pendirinya, dan faktor eksternal yang bersifat global. Kedua faktor ini secara akumulatif berpadu menjadi satu dan menghasilkan bentuk dan corak lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan telah menghasilkan pemimpin umat dan bangsa yang tangguh dan berperan besar dalam sejarah perjuangan umat islam dan sekaligus sebagai basis dimulainya kegiatan intelektual di tanah tanah air. Selain itu, lembaga ini terlibat secara intens dalam mengambil peran sosial budaya yang digunakan sebagai acuan oleh masyarakat. Dalam bidang politik tidak diragukan lagi bahwa peran lembaga pendidikan islam sangat jelas.
Kesimpulan
Dengan demikian jika dilihat dari paparan di atas terkait dengan pemikirian Hasan Al-banna antara Politik dan Islam (Agama) penulis menarik kesimpulan bahwasanya jelas ruang lingkup dari Islam itu sendiri tidak memungkinkan untuk tidak menyentuh lingkup politik dan negara.
Hal ini juga terkait dengan aturan dalam Islam itu sendiri yang mengatur urusan-urusan yang memerlukan kekuasaan sebagai pelaksanaannya.
Jadi agama dan politik mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan.Namun jika di telaah dari pemikiran Hasan Al-banna ini tentu salah satu sebagai bahan acuan untuk masyarakat Indonesia, meskipun kita adalah negara demokrasi, dan juga bukan Negara Agama, namun alangkah ilmiyahnya hubungan antara negara dan agama tidak bisa dipisahkan, serta saling membutuhkan di antara kedua ini.