Mengutip dari Bob Talbert yang menyatakan bahwa, "Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best", sehingga mengajar bukanlah sekedar membagikan ilmu pengetahuan namun juga mendidik yang merupakan kegiatan mengembangkan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan. Penguasaan ilmu pengetahuan secara konsep dan keterampilan sangat penting. Selain itu pendidikan karakter tidak kalah penting sebagai hal pokok yang perlu dipelajari dalam mempersipkan murid, agar kelak dapat hidup dengan baik dalam suatu masyarakat. Terlebih jika dapat bermanfaat bagi sesamanya. Dengan penguasaan karakter kebajikan yang baik maka murid dapat mengembangkan pendidikan sepanjang hayat dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dalam hal kebajikan. Seperti itulah peran penting guru dalam menerapkan prinsip triloka Ki Hadjar Dewantara. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah memotivasi, dan di belakang memberikan dorongan.
Sebagai seorang pemimpin maka pengambilan keputusan harus berdasar pada nilai-nilai kebajikan universal sehingga keputusan yang kita ambil dapat dipertanggungjawabkan, berpihak pada murid, dan tidak bertentangan dengan nilai kebajikan. Prinsip yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan adalah prinsip berpikir berpikir berbasis aturan, prinsip berpikir berpikir berbasis rasa peduli, dan prinsip berpikir berbasis hasil akhir. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan suatu keterampilan yang perlu diasah seiring dengan pengalaman.
Dalam mengambil keputusan kemudian menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi bujukan moral atau dilema etika yang kadang membingungkan, maka baiknya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 4) pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi/standar profesional, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan/idola), 5) pengujian paradigma benar lawan benar (individu lawan kelompok, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, dan jangka panjang melawan jangka pendek), 6) melakukan prinsip resolusi (berpikir berbasis peraturan, berpikir berbasis rasa peduli, dan berpikir berbasis hasil akhir), 7) investigasi opsi trilema, 8) buat keputusan, dan 9) lihat lagi keputusan dan refleksikan. Jika kesembilan langkah tersebut dilakukan maka kita dapat menentukan apakah keputusan yang kita buat termasuk dilema etika atau bujukan moral.
Keterampilan coaching dapat membantu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Sebagai pemimpin pembelajaran kita haruslah bisa mengelola dan menyadari sosial emosional diri sehingga diperlukan memiliki kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) dalam mengambil keputusan yang terbaik. Pengambilan keputusan hendaknya dilakukan secara sadar penuh (mindfull), sehingga sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Sebagai pemimpin pembelajaran permasalahan dilema etika maupun bujukan moral hendaknya diselesaikan dengan nilai-nilai kebajikan yang dianut seperti nilai kolaboratif, mandiri, inovatif, berpihak kepada murid dan reflektif.
Mengutip dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel yang menyatakan bahwa, "Education is the art of making man ethical", sehingga , pendidikan merupakan sebuah seni yang indah dan bermakna. Masing-masing pendidik memiliki caranya masing-masing dalam mengajarkan ilmu pengetahuan maupun mendidik karakter bagi muridnya demi mencapai tujuan akhir pendidikan yaitu well being. Sebagai pemimpin pembelajaran maka seni kita dalam pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi murid.
Dilema etika merupakan suatu situasi sulit dalam menentukan pilihan yang keduanya benar namun bertentangan. Tantangan-tantangan yang dihadapi pemimpin pembelajaran dalam menyelesaikan kasus dilema etika adalah keterampilan yang masih kurang sehingga harus terus diasah seiring dengan berjalan waktu sehingga mendapat pengalaman yang lebih banyak. Selain itu berbagai pihak yang terdampak dalam keputusan-keputusan yang diambil merupakan suatu tantangan sehingga apapun keputusannya hendaknya sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal agar tidak merugikan dan mengancam keselamatan diri maupun orang lain.
Pembelajaran dewasa ini menuntut pemimpin pembelajaran agar dapat mengambil keputusan yang berpihak kepada murid sehingga murid dapat belajar secara merdeka sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Sebagai pemimpin pembelajaran harus memahami bahwa murid kita beragam, memiliki karakteristik dan kompetensi yang berbeda sehingga keputusan-keputusan yang diambil hendaknya mengakomodir seluruh perbedaan itu. Pengambilan keputusan yang mengkomodir berbagai keragaman murid diharapkan dapat memaksimalkan potensi murid sehingga berdampak positif bagi masa depan mereka kelak.
Kesimpulannya bahwa berdasarkan prinsip triloka Ki Hadjar Dewantara dan konsep pembelajaran sesuai kodrat alam serta kodrat zaman yang mengakomodir karakteristik murid yang beragaman sehingga tujuan akhir dalam pendidikan adalah well being. Sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya menerapkan keterampilan sosial emosionalnya dalam mengambil keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan yang dianut dalam diri. Keterampilan coaching dapat membantu dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam dilema etika menggunakan sembilan langkah pengujian.
Sebelumnya mungkin sebagai pendidik belum mengetahui bahwa setiap permasalahan yang ada terdapat permasalahan yang merupakan dilema etika (benar melawan benar) maupun bujukan moral (benar melawan salah) yang tentu saja sangat berbeda. Dalam pengambilan keputusan hendaknya berdasarkan pada 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dampaknya tentu saja sebagai pembelajaran yang sangat penting sehingga akan mempengaruhi cara dalam mengambil keputusan yang terbaik dan bijaksana. Pembelajaran terkait pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai seorang individu maupun pemimpin pembelajaran yaitu dapat diterapkan dalam permasalahan sehari-hari maupun dalam dunia pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H