Lihat ke Halaman Asli

Memaknai Semboyan yang Dipopulerkan Ki Hajar Dewantara

Diperbarui: 9 November 2023   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : pribadi

Filsafat timur merupakan aliran filsafat yang berasal dari Asia. Indonesia sebagai sebuah negara yang berada di Asia Tenggara juga memiliki para pemikir-pemikir terkemuka sejak dari jaman dahulu kala. Sebut saja salah satunya yaitu Bapak Pendidikan Nasional kita Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara merupakan salah satu pahlawan nasional bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan. Beliau merupakan Menteri Pendidikan pertama Indonesia sejak merdeka, yang dulu disebut Menteri Pengajaran Republik Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Pertama Indonesia Soekarno.

Ki Hadjar Dewantara merupakan seorang bangsawan yang lahir dengan diberi nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau lahir di Yogyakarta 2 Mei 1889. Hingka kini tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yaitu setiap tanggal 2 Mei. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangoenkoesoemo juga terkenal sebagai Tiga Serangkai yang mendirikan Indische Partij (Partai Hindia). Indische Partij merupakan partai politik pertama yang di dirikan di Hindia Belanda.

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat mendirikan Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 di Yogyakarta. Perguruan Taman Siswa merupakan suatu lembaga pendidikan untuk para pribumi jelata pada jaman penjajahan Belanda. Tujuan didirikan Perguruan Taman Siswa adalah agar pribumi dapat memperoleh pendidikan yang setara dengan para bansawan dan orang-orang Belanda. Beliau kemudian mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara tanpa gelar bangsawan agar dapat dekat dengan rakyat jelata.

Taman siswa memiliki semboyan berbahasa Jawa yang hingga kini terkenal dan dipakai dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitu "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Ing yang berarti "di", Ngarsa adalah "depan", Sung artinya "jadi", dan Tuladha merupakan "contoh" atau "panutan". Jadi "ing ngarsa sung tulada" berarti di depan menjadi contoh atau panutan. Makna dari semboyan ini adalah bahwa seorang guru harus menjadi teladan atau contoh bagi para siswanya. Sepatutnya seorang guru harus menjadi pribadi yang baik selalu melakukan perbuatan yang terpuji. Hal ini sejalan dengan peribahasa yang berbunyi, "Guru Kencing Berdiri, Siswa Kencing Berlari". Peribahasa tersebut memiliki makna bahwa apapun yang dilakukan oleh guru, akan ditiru oleh siswanya mentah-mentah. Sebagai contoh jika ingin siswa disiplin hendaknya guru memberikan contoh disiplin, jika ingin siswa rajin hendaknya guru memberikan contoh rajin, jika ingin siswa kita taat beribadah maka guru pun hendaknya memberi contoh taat beribadah, jika ingin siswa membuang sampah pada tempatnya, maka guru pun harus memberi contoh membuang sampah pada tempatnya. Karena sejatinya menjadi guru maka akan menjadi orang yang digugu dan ditiru.

Semboyan kedua Ing yang artinya "di", Madya artinya "tengah", mangun adalah "membangun" atau "memberikan", dan Karsa yaitu "semangat" atau "niat". Sehingga ing madya mangun karsa artinya di tengah membangun dan memberikan semangat atau niat. Maknanya adalah bahwa seorang guru berada di tengah-tengah para siswa yang berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran agar seluruh peserta didik dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, nyaman, bersemangat, termotivasi, tertarik, tanpa rasa takut, dan memiliki kebebasan dalam mengemukan berbagai pendapatnya.

Semboyan ketiga Tut wuri artinya "di belakang" atau "mengikuti dari belakang" dan handayani yang berarti "memberikan semangat". Tut Wuri Handayani bermakna bawah seorang guru senantiasa harus memberikan siswa dukungan dan memotivasi agar siswa dapat berkarya menyalurkan ide dan bakatnya. Semboyan tut wuri handayani hingga kini digunakan sebagai logo Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline