Lihat ke Halaman Asli

Transformasi Budaya Ngopi di Kalangan Mahasiswa: Dari Kebutuhan Menjadi Gaya Hidup

Diperbarui: 9 Januari 2025   11:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pergeseran budaya ngopi di kalangan mahasiswa tidak dapat dilepaskan dari fenomena modernisasi yang tengah melanda masyarakat Indonesia. Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga yang kerap menyaksikan dinamika ini, saya melihat bagaimana ruang-ruang publik di sekitar kampus kini dipenuhi oleh coffee shop yang menawarkan berbagai pengalaman ngopi modern. Fenomena ini menarik untuk dikaji lebih dalam, mengingat budaya ngopi telah berevolusi dari sekadar aktivitas minum kopi menjadi sebuah gaya hidup yang mencerminkan identitas sosial generasi muda.

Di tengah maraknya coffee shop modern, kita bisa melihat perubahan signifikan dalam pola konsumsi kopi di kalangan mahasiswa. Seperti yang diungkapkan dalam penelitian "Coffee Shop dan Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa di Sidoarjo: Perspektif Teori Masyarakat Konsumsi Jean Baudrillard", aktivitas ngopi tidak lagi sekadar untuk memenuhi kebutuhan kafein, melainkan telah bertransformasi menjadi simbol gaya hidup dan identitas sosial. Pergeseran ini terlihat jelas dalam keseharian mahasiswa Unair, di mana coffee shop menjadi pilihan utama untuk mengerjakan tugas, berdiskusi, atau sekadar berkumpul dengan teman-teman.

Menariknya, transformasi budaya ngopi mencerminkan kompleksitas perubahan sosial yang lebih luas. Para mahasiswa rela mengeluarkan dana lebih untuk secangkir kopi di coffee shop bergengsi, meskipun dengan harga yang sama mereka bisa mendapatkan beberapa cangkir kopi di warung tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi kopi telah melampaui fungsi dasarnya sebagai minuman penambah energi, dan bergeser menjadi medium untuk mengekspresikan identitas dan status sosial.


Coffee shop modern kini telah menjadi ruang multifungsi bagi mahasiswa. Selain menyediakan kopi dengan berbagai varian, tempat ini juga menawarkan suasana yang mendukung produktivitas dengan fasilitas seperti wifi gratis dan stop kontak yang memadai. Berdasarkan pengamatan di lingkungan kampus, mahasiswa cenderung menghabiskan waktu berjam-jam di coffee shop untuk mengerjakan tugas atau melakukan diskusi kelompok. Fenomena ini menunjukkan bagaimana ruang sosial telah bertransformasi mengikuti kebutuhan generasi muda.


Sebagai mahasiswa yang juga mengamati fenomena ini, saya melihat bahwa perubahan budaya ngopi tidak sepenuhnya negatif. Coffee shop modern telah menciptakan ruang-ruang produktif baru yang mendukung aktivitas akademik dan sosial mahasiswa. Namun, penting untuk tetap kritis terhadap pola konsumsi yang berlebihan dan potensi pengabaian warung kopi tradisional yang telah lama menjadi bagian dari budaya lokal.


Melalui pengamatan dan pengalaman pribadi di lingkungan Unair, dapat disimpulkan bahwa transformasi budaya ngopi mencerminkan kompleksitas interaksi antara modernitas dan budaya konsumsi. Fenomena ini bukan sekadar tentang perubahan tempat minum kopi, tetapi juga menyangkut pergeseran nilai, identitas, dan cara mahasiswa menempatkan diri dalam masyarakat modern.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline