Lihat ke Halaman Asli

Biarlah Kita Merana Semusim

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Panacaroba memangku ngarai

Setetes air merangkak di punggung cadas,

Lalu lenyap dalam lumut yang membiru dipanggang zaman

Bunga Karang! Biarlah kita merana semusim

Sejumput harap…., kita akan berjibaku dari pusaran sistem

Bertahanlah sepi, Hidupku! Dalam sekerling

Hiruk pikuk asset dan akses itu akan kembali menyublim ke laut

Terbungkam bersama terumbu di dasar samudera

Biru membumbung ke langit dan merah terbakar

Hijau pun terurai di atas hamparan danau kelabu

Kupu-kupu dari debu,

terbang berkerumun di atas jambangan hari

Di lembah yang kerontang ini

Meski setiap pori berkedutan dalam lipatan kecemasan

Kita tidak akan berlindung dalam banjir petaka

Hanya karena setitik terik di tepi padang kosmik

Biarlah nilai yang dianggap buih itu menguap di tanduk kemarau

Ia akan kembali melantai bersama angin selatan

Dalam pesta embun pagi kita

Ketika esok, hari tidak pernah berakhir.

Bunga Karang, Sejumput Harap, Hidupku! Tetaplah terjaga

Setumpuk arang ditelantakan api

Dalam gelap yang rakus, segala bentuk akan terlihat sama

Tapi, biarlah mimpi bersimaharaja semalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline