Lihat ke Halaman Asli

Adena Musolih

Jurnalisme

Santet dari Zaman ke Zaman

Diperbarui: 22 Maret 2021   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada umumnya manusia memilikit sifat baik maupun buruk, namun pada sifat buruk manusia dapat menyinggung perasaan pada seseorang sehingga menjadi benci,  dengan sifat buruk begitu manusia berusaha untuk mencoba memuaskan diri dari sifat buruk tersbut, sehingga mereka memuaskan diri tersebut menggunakan berbagai cara baik melukai seseorang atau kematian seseorang, dengan kata lain mereka memuaskan diri mereka melalui seseorang disebut "dukun", dengan begitu dukun akan melakukan santet.

Tidak kenal zaman baik itu dulu hingga zaman sekarang santet masih sering ada, dengan kata lain santet adalah ilmu hitam atau matra yang di ucapkan oleh seseorang untuk yang berniat jahat untuk mencelakai ataupun membunuh seseorang, tujuan dari santet adalah dorongan dari sifat buruk baik itu kebencian dan di campuri dengan amarah akan yang di inginkan seseorang tersebut tidak tercapai.

Namun santet ini pun mempunyai beberapa syarat agar kebencian sesorang terlaksana itu berupa sajen maupun tumbal, tidak kenal kerabat ataupun keluarga banyak sekali seseorang mengikuti syarat tersebut hanya untuk memuaskan dirinya yang sedang membenci seseorang, namun santet di hanya ilmu hitam santet pun berkerabat dengan para makhluk ghaib agar semua yang di minta oleh para pasien tersebut terlaksanakan.

Banyak yang menentang adanya santet ini karena dapat meresahkan masyatakat bahkan orang yang berniat menolong bisa saja terkena santet ini karena tujuan sebernanya santet hanya kepada orang yang di tandai, namun di Indonesia ini tidak aneh dan tidak asing dengan kata santet namun cukup meresahkan dan dikhawatirkan karena orang kita temui baik kenal ataupun tidak bisa saja berniat buruk pada kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline