Lihat ke Halaman Asli

Jangan Hanya Diam Melihat Diskriminasi Muslim Uighur

Diperbarui: 19 Desember 2018   19:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(antaranews.com)

Kabar duka lagi-lagi mewarnai pemberitaan tentang penderitaan umat Muslim diberbagai belahan dunia. Palestina dan Gaza yang berkonflik dengan Israel, penderitaan umat Muslim di Yaman dan masyarakatnya yang dirundung kelaparan, genosida yang dialami umat Muslim Rohingya dan kini penindasan serta diskriminasi Muslim Uighur oleh Pemerintah China.

Muslim Uighur menjadi trending topik di media sosial saat ini semenjak beberapa anggota DPR mengangkat isu ini di rapat Paripurna DPR pada pekan lalu. Hal ini membuat Netizen pun hangat membicarakan permasalahan Muslim Uighur yang mendapatkan diskriminasi dari Pemerintahan China. Sebagian kelompok masyarakat Indonesia pun mengkritik Pemerintahan Joko Widodo karena dianggap mengabaikan penderitaan Muslim yang tertindas.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa dugaan penindasan terhadap kelompok Muslim Uighur merupakan masalah internal Cina sehingga kita tidak bisa terlibat jauh. "Kalau masalah domestik, tentu tidak ingin mencampuri masalah Uighur. Tapi secara umum, penghentian pelanggaran HAM juga harus kita perjuangkan". Ujar Pak Jusuf Kalla.

Namun Bagaimana Sebenarnya Sejarah dan Latar Belakang Muslim Uighur?

Nama Uighur pertama kali muncul dalam prasasti Orkhun Kok Turk. Uighur termaktub dalam sebuah naskah pada abad pertengahan serta dalam manuskrip Arab-Persia. Uighur dan leluhur mereka adalah orang-orang kuno yang telah tinggal di Asia Tengah sejak milenium pertama sebelum masehi.

Uighur menjadi penghubung peradaban Yunani-Romawi dengan budaya Budha India dan tradisi Asia Tengah dan Timur. Hal ini membentuk karakter masyarakat Uighur yang kosmopolitan dengan toleransi hidup bersama suku, ras, dan agama lain.

Sebagian besar orang-orang Uighur mengikuti tradisi moderat Islam Sunni dan secara budaya memiliki lebih banyak kesamaan dengan orang-orang yang sama di Asia Tengah daripada dengan China Han.

Ketika pengaruh Islam dari kawasan Timur Tengah tumbuh kuat, komunitas multiagama Uighur secara bertahap mengadopsi Islam setelah konversi penguasa Satuq Boghra Khan pada 960 Masehi. China sering menyebut Muslim Uighur sebagai separatis dan teroris. Pemerintah pun mulai mengadakan kebijakan untuk menekan pergerakan dan diskriminasi terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

China Mendiskriminasi Muslim Uighur!!!

Etnis Uighur kerap mendapatkan diskriminasi dari pemerintah setempat, PBB menyatakan negara itu telah mengubah wilayah otonom Uighur, Xinjiang menjadi sel raksasa dengan label tiada zona asasi. Sebenarnya isu diskriminasi terhadap Muslim Uighur telah hangat sejak 2014. Dimulai dengan adanya pembatasan kelahiran etnik minoritas Muslim di Xinjiang yang berlangsung sejak 2014. Disusul dengan berbagai kebijakan yang dibungkus agenda "memerangi terorisme". Pemerintah China mengecap umat Muslim Uighur dengan label terorisme tanpa dakwaan dan bukti. Mereka ditahan di kamp dan mendapatkan perlakuan kasar.

Kelompok Hak Asasi Manusia termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch memberikan laporan kepada komite PBB yang mencatat tuduhan penahanan massal pada kamp dimana para tahanan dipaksa melakukan sumpah kepada Presiden Cina, XI Jinping. China sengaja membentuk kamp penahanan yang diisi dengan pembatasan praktik ibadah dan indoktrinisasi politik. Perlakukan ini dilatar belakangi perbedaan agama dan keyakinan untuk menindas Uighur yang merupakan keturunan Muslim Turki asli Asia Tengah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline