Lihat ke Halaman Asli

Nilai; KKM

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bismillah...

saat ini mungkin guru-guru di tanah air sedang menganalisis nilai anak didiknya
oh, ada yang sudah selesai... syukurlah.. bisa melanjutkan pekerjaan yang lain :)

ketika saya menyetor nilai siswa saya ke wali kelasnya
seorang wali kelas bertanya sama saya "ada nilai anak saya yang bermasalah mbak?"
ada dua orang, tapi saya mau konsultasi sama side dulu (Anda, bhs Sasak), jawabku.
setelah diskus, sebenarnya lebih ke menyamakan pendapat
akhirnya saya kasih nilai tercapai.

dua menit berselang, bapak saya di rumah menelpon
sedikit cerita, bapak telah mengajar sejak tahun 1980an.. dan sempat berhenti tahun 1990an karena dipindahkan di kantor dikbud, tapi tak lama beliau merintis SMP PGRI di sebuah desa yang jarak tempuhnya hampir 2 jam dari rumah agar anak-anak di desa itu tidak putus sekolah, pagi di kantor, siang di sekolah, begitu seterusnya hingga 7 tahun sampai sekolah itu menjadi SMP Negeri dan berkembang hingga sekarang.

singkat cerita, saya langsung konsultasi dengan Bapak saya
tentang nilai yang telah saya berikan
apakah sudah layak atau malah menciderai dunia pendidikan...  (bahasanya.. :D)

seperti biasa, saran beliau selalu menjadi penyejuk buat saya
meminjam bahasanya Fatin, gokil dan creapy-creapy gimana
ya, beliau menyebutkan tentang 2 pertimbangan dalam memberikan nilai.


  1. nilai karena prestasi
  2. nilai karena kemanusiaan


tetapi bukan berarti nilai karena kemanusiaan akhirnya lebih tinggi dari nilai prestasi, walaupun ada juga terjadi seperti itu.
untuk itu, agar pertimbangan kemanusiaan-nya 'dapat', seorang guru harus punya catatan/rekaman tentang anak didiknya, jangan hanya yang orang tuanya bupati tetapi ingat juga bahwa di kelas tersebut ada anaknya kusir cidomo (delman, bahasa Sasak), anaknya buruh, dll.
sebagai guru, harus bisa dekat dengan siswa, bila ada anak yang sudah bikin pernyataan tapi masih saja mengulang hal yang sama, jangan langsung men-judge, siapa tau, dia terlambat karena mendadak mengantar ibunya yang sakit, atau banyak hal lainnya.

intinya, lanjut bapak saya lagi, jangan karena nilai tersebut membuat anak menjadi frustasi tapi berikan nilai yang mampu memotivasi si anak agar terus menjadi yang lebih baik.

Alhamdulillah, satu kelegaan bila telah ngobrol dan mendengarkan saran Bapak, terima kasih untuk hari ini, semoga nilai yang saya berikan bukan sekedar 'nilai saja' tapi menjadi 'nilai' buat jumping stone mereka untuk tahap berikutnya.

salam foyah :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline