Lihat ke Halaman Asli

Belanja Online Membuat Sampah Plastik Semakin Naik

Diperbarui: 22 Maret 2022   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selama pandemi banyak orang jadi malas pergi keluar rumah apalagi waktu diterapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Apapun dilakukan serba dari rumah. Sekolah dari rumah, pesan makanan dari rumah, bahkan belanja dari rumah. Ditambah perkembangan zaman yang semakin canggih tentu mendukung kondisi sekarang yang lagi pandemi. Sebelum pandemi, orang-orang sangat antusias belanja di toko secara langsung. Bisa milih-milih sendiri dan bisa dicoba ditempat untuk menyesuaikan ukuran,dll. Namun sekarang sudah berbeda, sudah ada platform belanja online atau biasa disebut E-Commerce. E-Commerce atau pusat belanja online adalah aplikasi atau platform yang kita bisa membeli apapun yang kita butuhkan dari rumah yang bersifat kapanpun dan dimanapun. Apapun yang kita butuhkan tinggal pilih dan membayar lewat transfer. Seperti pada mall atau pasar, ada banyak penjual yang menjual barangnya dengan berbagai jenis dan beragam macamnya. Kita tinggal memilih dan mengklik barang yang akan kita beli dan melakukan pembayaran secara online juga. Setelah itu akan dikirim ke alamat yang kita inginkan.

Ada banyak platform belanja online yang ada di Indonesia. Seperti Shopee, Tokopedia, Blibi, Lazada, Bukalapak, dll. Banyaknya platform belanja online membuat masyarakat Indonesia semakin komsumtif. Hal tersebut dikarenakan belanja online di E-Commerce sangat praktis dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Semua kalangan gemar belanja online, kalangan pelajar bahkan orang tua sekarang juga sudah mengenal teknologi dan bisa melakukan belanja online di E-commerce. Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, belanja online sangat praktis dilakukan sehingga membuat kecanduan di masyarakat. Selain praktis digunakan, belanja secara online juga ada kekurangannya. Kekurangan belanja secara online adalah barang yang datang kadang tidak sesuai dengan yang dipesan. Kadang ukurannya yang salah, kadang warnanya yang salah, kadang digambar terlihat bagus tapi ketika datang tidak sesuai dengan yang ada di gambar, dan berbagai masalah lainnya.

Kegemaran orang untuk belanja secara online semakin banyak apalagi pada masa pandemic sekarang. Banyak masyarakat melakukan belanja online.. Lalu apa hubungannya sampah plastic menumpuk dengan kebiasaan belanja online? Oke jadi gini saya jelaskan. Ketika belanja online barang yang kita pesan itu biasanya dibungkus menggunakan plastic. Biasanya paket dibungkus dengan plastic berwarna hitam dan dalamnya dikasih buble wrap agar semakin aman. Kedua pembungkus tadi berbahan plastic yang susah terurai oleh lingkungan, perlu bertahun-tahun untuk mengurai limbah plastic. Pembungkus itu biasanya langsung dibuang. Jika setiap harinya ada 50.000 penduduk Indonesia belanja online, maka sampah plastic yang tertumpuk akan semakin banyak. Tentu tidak bisa menyalakan orang-orang yang gemar belanja online, karena itu hak mereka untuk belanja online, yang perlu kita fikirkan adalah bagaimana cara mengurangi penggunaan plastic pada saat belanja online. Dengan cara apa agar kita belanja online tanpa memikirkan dampak sampah plastic pada lingkungan. Mungkinkah dengan cara dibungkus dengan menggunakan bahan yang gampang didaur ulang atau bahan yang bisa digunakan setelahnya seperti kotak box.

Mengutip dari indonesiabaik.id bahwa Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI merilis hasil studi terkait 'Dampak PSBB dan WFH terhadap sampah plastic di Kawasan JABODETABEK' yang dilakukan survey secara online pada tanggal 20 April-5 Mei 2020. Hasil survey tersebut mengatakan bahwa masyarakat JABODETABEK melakukan belanja online terus meningkat. Pada awalnya 1 hingga 5 kali dalam sebulan sekarang bisa sampai 1 hingga 10 kali, dan 96% paket belanja online dibungkus dengan menggunakan plastik. Tak mudah memberlakukan aturan soal sampah plastik. Mengutip dari voaindonesia.com bahwa Pakar Lingkungan sekaligus Guru Besar Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung, Enri Damanhuri, mengatakan sejumlah upaya mengurangi sampah plastik yang telah dilakukan pemerintah melalui sejumlah peraturan tampaknya tidak mudah. Kurangnya dana untuk mengelola sampah dengan cara baik menjadi alasan utama kenapa persoalan sampah plastik sangat sulit dikelola. Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana cara mengurangi penggunaan plastik terutama saat belanja online.

Sebenarnya, jika kita amati ada alternatif lain untuk mengurangi penggunaan plastik dan buble wrap sebagai pembungkus paket. Berikut contohnya :

1. Kardus/Karton

Bahan satu ini sangat ramah lingkungan dan bisa didaur ulang. Cara menggunakannya tinggal memotong kardus sesuai dengan ukuran barang lalu bisa disatukan dengan selotip atau lem perekat. Yang pastinya bahan ini mudah dibuat dan ditemukan.

2. Wrap bubur potongan kertas

Bahan satu ini tidak mencemari lingkungan dan mudah untuk ditemukan. Untuk membuatnya, yang pertama blender kertas dan ditambahkan sedikit air. Setelah itu disaring dan ampasnya diratakan dan ditipiskan setipis kertas. Lalu dikeringkan dibawah terik matahari dan bisa digunakan untuk pelindung produk.

3. Boks telur

Yup benar! box telur yang sering kita lihat di toko atau supermarket itu bisa kita gunakan sebagai pengganti buble wrap loh. Box telur memiliki tekstur yang cukup kokoh bisa digunakan untuk melindungi produk dari benturan selama dalam perjalanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline