Serial webtoon Lookism menuai beragam kritik dari berbagai pihak. Beberapa pembaca menganggap plot utamanya sangat menarik dan membuat candu, dengan artstyle yang mengesankan, serta kajian yang mendalam tentang isu-isu sosial. Namun, beberapa juga mengkritik adaptasi Netflix dari serial webtoon ini karena kehilangan detail dan memelintir relativitas protagonis, serta animasi yang terlihat digarap dengan terburu-buru. Beberapa penggemar webtoon juga mengungkapkan rasa frustasi mereka dengan perkembangan cerita yang lambat.
Lookism adalah serial komik yang berbasis aksi di mana karakter utama mengalami peristiwa supernatural yang memungkinkannya untuk bertukar antara tubuh normalnya dengan tubuh baru yang rupawan secara konvensional. Dalam alur perkenalan serial ini, memperlihatkan Park Hyung-Seok yang menjadi target perundungan karena penampilannya yang jelek. Park Hyung-Seok, yang notabenenya telah mendapatkan tubuh kedua, menyadari bahwa tubuh barunya memiliki kemampuan bertarung dan menggunakannya untuk melawan para perundung. Park Hyung-Seok juga menggunakan kemampuannya untuk membela orang lain, termasuk teman barunya Park Jiho yang juga merupakan korban perundungan. Seperti pahlawan superhero klasik yang menutupi identitasnya yang sebenarnya, Park Hyung-Seok hidup dengan dua kehidupan yang sangat bertolak belakang.
Serial ini juga menunjukkan bahwa, terlepas dari kekuatan barunya, Park Hyung-Seok masih terpengaruh oleh perundungan, dengan dia kemudian menunjukkan gejala seperti PTSD ketika dia menghadapi perundungnya lagi. Serial Lookism juga mengangkat isu-isu sosial seperti kenakalan remaja, penggunaan obat-obatan terlarang, toto ilegal, eksploitasi anak dibawah umur, dan bahkan stalking.
Salah satu aspek yang paling menarik dari media web independen adalah kemampuannya untuk membahas masalah sosial dengan metode kreatif tanpa menghindari kebenaran dari suatu situasi. Hal ini juga berlaku di dunia webtoon. Tidak adanya batasan memungkinkan para pengarang untuk menulis alur cerita yang terbuka dan keras mengenai isu-isu sosial, seperti yang ditunjukkan oleh serial Lookism. Kata lookism atau biasa disebut lookisme sendiri membahas tentang masalah sosial yaitu diskriminasi terhadap mereka yang secara fisik tidak menarik. Hal ini terjadi dalam berbagai ruang publik, seperti sekolah, tempat kerja, dan situasi sosial lainnya. Diskriminasi berdasarkan penampilan dapat mengakibatkan penurunan produktivitas, kesenjangan finansial, dan masalah sosial lainnya seperti rasisme dan ageisme. Permasalahan lookisme sendiri kurang mendapat perhatian di media dibandingkan dengan bentuk prasangka lainnya, seperti stereotipe dan seksisme. Menurut penelitian empiris, lookisme merupakan jenis diskriminasi sosial yang tersebar luas dan sistematis.
Lookisme dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental seseorang. Mereka yang merasa tidak menarik di tengah masyarakat yang sarat dengan penampilan dapat menderita anxiety, anoreksia, dan depresi. Diskriminasi terhadap penampilan juga dapat menyebabkan low self-esteem, body dissatisfaction, dan membangun body image yang negatif. Bias interpersonal dan kerugian struktural yang terkait dengan lookisme dapat menyebabkan tekanan emosional dan isolasi sosial.
Para korban lookisme mungkin tidak mau mengambil tindakan melawannya, sehingga sulit untuk mengatasi masalah ini. Sangatlah penting untuk memahami dan menangkal dampak negatif lookisme terhadap kesehatan mental. Dengan mendorong bahwa keberagaman bukan masalah yang patut diperdebatkan, menentang standar kecantikan yang mencekik, dan meningkatkan kesadaran akan prasangka ini, masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang lebih adil dan merangkul semua individu, terlepas dari penampilan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H