Lihat ke Halaman Asli

Adellya Salsa Sabila Putri

Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Kembali Muncul Penyakit dari Kencing Tikus yang Menyebabkan Belasan Orang Meninggal di Jawa Timur Ternyata Berbahaya!

Diperbarui: 16 Maret 2023   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penyakit kencing tikus atau yang biasa disebut Leptospirosis kembali muncul pada awal tahun 2023 ini di salah daerah Jawa Timur yaitu Pacitan. Tak hanya di Pacitan, Leptospirosis juga menyerang beberapa daerah lain di Jawa Timur. Berdasarkan dengan data di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, jumlah kasus leptospirosis di Jawa Timur terhitung hingga 5 Maret 2023 sebanyak 249 kasus dengan 9 kasus kematian. Dari 249 kasus tersebut, diketahui kasus yang terbanyak ada di Pacitan, yakni 204 kasus dengan 6 kasus kematian. Selain itu di Kabupaten Probolonggio 3 kasus leptospirosis dengan 2 kasus kematian, Gresik 3 kasus leptospirosis, Lumajang 8 kasus leptospirosis, Kota Probolinggo 5 kasus leptospirosis dengan 1 kasus kematian, Sampang 22 kasus leptospirosis, dan Tulungagung 4 kasus leptospirosis.

Penyakit Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira dan ditularkan dari urine tikus yang telah terinfeksi bakteri tersebut. Penyebaran dari penyakit ini dengan masuk lewat kulit yang luka atau lecet pada saat kontak langsung dengan banjir atau genangan air. Penularan penyakit kencing tikus ini dapat meningkat jika musim hujan. Pada saat hujan pastinya terdapat air yang menggenang bahkan banjir, nah kencing tikus ini dapat hanyut ke dalam genangan air atau banjir tersebut, sehingga saat kita kontak langsung dengan genangan air atau banjir yang sudah bercampur dengan kencing tikus tersebut kita bisa terinfeksi.

Orang yang rawan terkena penyakit leptospirosis adalah tukang sampah atau orang-orang yang biasanya terjun langsung ke daerah banjir tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Karena bakteri leptospira penyebab penyakit leptospirosis dapat cepat berkembang biak pada lingkungan yang banyak genangan air, becek, berlumpur dan banyak tumpukan sampah.

Penyakit leptospirosis sebenarnya tidak begitu berbahaya apabila segera ditangani, namun jika tidak ditangani dengan segera maka bisa berakibat fatal. Gejala jika terkena penyakit leptospirosis hampir mirip dengan gejala demam berdarah, diantaranya adalah demam, batuk, pilek, nyeri otot, terdapat bercak merah pada mata atau kulit. Jika sudah merasakan gejala seperti itu sebaiknya segera berkonsultasi kepada dokter agar bisa segera ditangani dan tidak menyebabkan hal yang lebih parah.

Pada kondisi yang masih ringan penyakit leptospirosis dapat diobat dengan memberikan antibiotik. Antibiotik yang bisa diberikan untuk penyakit leptospirosis biasanya adalah amoksilin, penisilin dan doksisiklin, namun hal tersebut harus tetap sesuai dengan arahan dari dokter. Namun, jika penyakit ini tidak segera diobati akan berdampak lebih parah dan berbahaya karena akan menyerang organ-organ penting di tubuh kita, contohnya bisa merusak ginjal, jantung bahkan otak. 

Pencegahan yang dapat kita lakukan agar penyakit leptosipirosis ini tidak menyebar adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada kehidupan sehari-hari, menjaga kebersihan rumah dan cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih, menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus, selalu gunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat terjun ke daerah tergenang air seperti sepatu booth karet serta bersihkan dan tutup luka dengan penutup tahan air agar tidak terpapar air yang terkontaminasi bakteri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline