Lihat ke Halaman Asli

Adella Diva Rahmadian

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menghidupkan Kembali Warisan Asrul Sani melalui Malam Persembahan pada Perhelatan Pestarama #9

Diperbarui: 2 Juni 2024   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diabadikan oleh penulis saat malam persembahan untuk Asrul Sani 

Pestarama #9, sebuah acara seni tahunan yang diselenggarakan oleh program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mempersembahkan sebuah penghormatan istimewa untuk mendiang Asrul Sani pada Kamis malam, 30 Mei 2024, di Gedung Teater Bulungan. 

Acara ini diselimuti suasana khidmat dan haru, sebagai bentuk rasa terima kasih dan penghormatan keluarga besar PBSI kepada keluarga Asrul Sani yang telah memberikan izin untuk mementaskan naskah drama karya beliau.

Tujuan utama acara ini adalah untuk mengenang jasa dan kontribusi besar Asrul Sani dalam dunia seni pertunjukan di Indonesia. Dikenal sebagai pelopor sastra Angkatan '45, Asrul Sani merupakan salah satu tokoh penting dalam teater dan sastra Indonesia. Persembahan ini diharapkan menjadi wadah untuk memperingati warisan seni yang telah ia tinggalkan.

Rangkaian acara diawali dengan pameran dan dokumentasi perjalanan karier Asrul Sani yang dipajang sepanjang lorong Gedung Teater Bulungan, disusul denganpementasan drama "Mahkamah". Suasana haru semakin terasa saat doa bersama dipanjatkan, dilanjutkan dengan sesi diskusi panggung yang dipandu oleh Prof. Riris K. Toha Sarumpaet, adik ipar mendiang Asrul Sani dan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.

Menurut beliau, teater adalah rumah yg bagus untuk membangun manusia terutama pada sisi karakter. Ketika para aktor membaca naskah, pada dasarnya mereka sedang membaca diri mereka sendiri.

Prof. Riris mengungkapkan bahwa inti dari sebuah pertunjukan teater adalah cerita yang disajikan dalam naskah. "Yang utama mengikat kita dalam sebuah pertunjukan yaitu, tentu saja ceritanya," ujar beliau. Beliau juga memuji kesungguhan mahasiswa semester 6 dalam menghayati, menghapal, dan merepresentasikan naskah "Mahkamah" ke dalam sebuah pertunjukan yang luar biasa.

Gambar diabadikan oleh penulis saat pementasan drama "Mahkamah" pada Perhelatan Pestarama #9

"Secara umum, walaupun saya datang terlambat namun saya tetap dapat memahami situasi yang sedang ditampilkan di atas panggung," tambah Prof. Riris, menekankan semangat dan dedikasi para mahasiswa yang patut diapresiasi.

Sesi diskusi dilanjutkan dengan kehadiran Bapak Slamet Rahardjo, seorang aktor, sutradara, dan penulis naskah yang juga murid Asrul Sani. Pak Slamet berbagi kenangan tentang Asrul Sani yang dikenal sebagai sosok yang pandai bertutur kata dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. "Pak Asrul adalah orang yang luar biasa, masalah yang lurus dibengkokan, masalah yang bengkok diluruskan, itu karena pandainya ia bertutur kata," ujar beliau di hadapan audiens.

Pernyataan Pak Slamet dan pujian Bu Riris terhadap naskah "Mahkamah" menunjukkan betapa mendalam dan filosofis cara berkomunikasi Asrul Sani. Mahasiswa semester 6 PBSI berhasil mempelajari naskah ini dengan baik, menghayati peran mereka di atas panggung dan menyampaikan dialog-dialog yang kaya makna dengan sempurna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline