Lihat ke Halaman Asli

Dunia di Ujung Tanduk: Krisis Nuklir Korea dan Bahayanya Bagi Perdamaian Global

Diperbarui: 14 September 2024   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dunia di Ujung Tanduk: Krisis Nuklir Korea dan Bahayanya bagi Perdamaian Global

Krisis nuklir di Semenanjung Korea telah menjadi ancaman nyata yang membayangi keamanan internasional selama beberapa dekade terakhir. Namun, di era modern ini, situasinya semakin genting. Ketegangan yang terus meningkat antara Korea Utara dan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, serta Jepang, menempatkan dunia dalam situasi di mana ancaman penggunaan senjata nuklir menjadi semakin mungkin. Di bawah pemerintahan Kim Jong-un, Korea Utara terus mengembangkan persenjataan nuklirnya, dengan uji coba rudal yang semakin canggih dan retorika militer yang agresif.

Selain mengembangkan program nuklirnya, Korea Utara juga menunjukkan ketidakpedulian terhadap kecaman internasional dan sanksi ekonomi yang terus diberlakukan. Pada tahun-tahun terakhir, negara ini telah meningkatkan jumlah uji coba rudal balistik, termasuk peluncuran rudal yang melewati wilayah udara Jepang dan mengklaim bahwa misilnya mampu mencapai daratan Amerika Serikat(Council on Foreign Relations). Situasi ini diperburuk oleh hubungan yang semakin tegang antara Korea Utara dan sekutu-sekutu AS, seperti Korea Selatan dan Jepang, yang merasa semakin rentan terhadap ancaman langsung dari Pyongyang.[1]

 

Ancaman Eksistensial bagi Perdamaian Dunia

 

Ancaman nuklir Korea Utara bukan hanya masalah regional, tetapi berdampak secara global. Sebagai negara tertutup yang sulit diprediksi, langkah Korea Utara dalam mengembangkan kemampuan nuklirnya menimbulkan kekhawatiran internasional tentang potensi bencana yang tak terelakkan. Ledakan senjata nuklir, bahkan jika bersifat terbatas, akan mengakibatkan kehancuran skala besar tidak hanya di Semenanjung Korea, tetapi juga dapat memicu konflik yang meluas, melibatkan kekuatan-kekuatan dunia lainnya, seperti Cina dan Rusia, yang memiliki kepentingan geopolitik di wilayah tersebut.

Pengembangan senjata nuklir oleh Korea Utara telah memicu perlombaan senjata di kawasan, terutama di antara negara-negara tetangga yang merasa terancam. Jepang, yang historisnya anti-nuklir, bahkan mulai mempertimbangkan opsi peningkatan pertahanan militer yang lebih proaktif. Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Korea Selatan dan Jepang, juga semakin meningkatkan kehadiran militernya di kawasan, mengingat ancaman yang semakin nyata dari Korea Utara.

Disisi lain Krisis ini juga menempatkan China dan Rusia dalam posisi strategis yang penting. Sebagai sekutu utama Korea Utara, kedua negara ini diperkirakan akan memainkan peran diplomatik yang lebih kuat. Namun, dengan meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China terkait isu-isu global lainnya, seperti Taiwan, China dapat menggunakan pengaruhnya atas Korea Utara sebagai kartu tawar-menawar dalam negosiasi geopolitik yang lebih luas.

Selain itu, ketidakpastian mengenai kemampuan Korea Utara untuk benar-benar mengendalikan senjata nuklirnya menambah risiko. Misil yang diluncurkan oleh Korea Utara semakin sering melewati wilayah udara negara-negara tetangganya, yang dapat memicu eskalasi militer tak terduga. Amerika Serikat telah merespons dengan memperkuat kehadiran militer di wilayah tersebut, termasuk menempatkan sistem pertahanan rudal THAAD di Korea Selatan untuk menangkis potensi ancaman[2]

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline