Butir2 air mata dalam kotak putrimu
Pagi ini, saat alarm itu membangunkan aku.
Ingatanku menjelajah kepadamu, wajahmu jelas melintas di pelupuk mata, kata katamu jelas dan tegas berulang mendengung di telingaku
Saat doa2 itu dihunjukkan, garis-garis wajahmu, sinar bola matamu lekat di mataku
Dan...
Hati berlari pada kisah hidupmu
Tentang piring kosongmu
Tentang air matamu
Tentang kekuatanmu yg semakin surut
Tentang usiamu yg mengharuskan kakimu berhenti
Terutama tentang putri kecilmu
Yg hidup denganmu
Putrimu, buah hatimu
Yg belum mengerti tentang lika liku hidup ini
Putrimu yg hanya masih gemar bermain, berlari, tertawa, mengaduh dan menangis
Putri kecilmu yg saat lapar minta makan, saat haus minta minum, saat ngantuk minta tidur saat bosan minta pulang
Saat lelah menangis.
Dan... Engkau menangis menahan pedih
Saat putrimu minta makan dan engkau tidak punya kekuatan untuk mengisi piringnya apalahi kotak tempat makanannya. Saat engkau hanya menggenggam kotak makanannya
Engkau membukanya dan melihat bersih dan tak sebutir remah remahpun ada di sana.
Dan engkaupun hanya bisa mengisinya dengan butir butir bening air matamu
Dan putrimu hanya dapat bertanya dengan manja: mengapa ayah sedih dan menangis? Apakah ayah sakit? Atau ingat ibu?
Dan engkau yg mengasihi putri kecilmu hanya mengubah raut wajahmu dng terpaksa, tersenyum dengan terpaksa agar ia tidak tau apa yg engkau tangisi. Agar ia tidak tau mengapa butir butir air matamu jatuh tanpa diundang
Hari ini akupun akan melihatmu lagi, melihat wajah dan matamu dan akan mendengar hal yg sama darimu
Tapi percayalah hari ini... Sang pencipta akan membantumu
Percayalah kotak makanan yg kau isi dengan butir butir air matamu, hari ini akan diisi dengan butir butir nasi untukmu dan untuk putri kesanganmu.
Jangan lagi menangis.. Lihatlah langit luasa.... Pandanglah putri kesayanganmu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H