Kenal Lebih Dekat Dengan Kwashiorkor. Apa Saja Gejala, Penyebab, dan Pencegahan
Di era digitalisai, kita bisa mengakses segala informasi yang ingin kita cari dan ketahui. Akhir-akhir ini, banyak beredar video mengenai malnutrisi yang erat hubungannya dengan kesehatan gizi. Ibu hamil zaman sekarang banyak yang mengerti akan pentingnya asupan gizi untuk si buah hati. Namun tidak sedikit yang belum paham mengenai gizi sejak anak masih dalam kandungan. Akibat dari kurangnya edukasi dan kesadaran terhadap pentingnya asupan gizi, anak dapat terlahir dengan gejala stunting. Namun apa gejala nutrisi ada pada stunting saja? Tentu tidak.
Oleh karena itu, dalam artikel kali ini akan dijelaskan mengenai Kwashiorkor yang sangat dekat hubunganya dengan gizi. Beserta beberapa gejala, penyebab, dan langkah apa saja yang dapat kita lakukan untuk mencegah Kwashiorkor.
Kwashiorkor, yang masih sangat asing gejalanya pada masyarakat Indonesia. Penyakit ini diakibatkan oleh kekurangan gizi protein yang sangat buruk. Kwashiorkor umumnya menyerang anak-anak yang sedang masa pertumbuhan. Sekilas mirip dengan stunting, namun stunting dan kwashiorkor sangatlah berbeda. Stunting diakibatkan kurangnya asupan bayi, saat masih dalam kandungan. Sementara kwashiorkor, dikarenakan kurangnya gizi pada anak yang dalam masa pertumbuhan. Maka dari itu, gejala dari penyakit kwashiorkor banyak ditemukan pada Negara yang kurang mampu secara SDA maupun finansial,
Penyakit ini sering terlihat pada daerah yang dilanda kemiskinan. Pada 1950, gejala dari penyakit kwashiorkor diakui sebagai krisis kesehatan masyarakat oleh WHO. Gejala yang terlihat secara fisik antara lain perubahan warna rambut menjadi kuning, sering terjadi infeksi kulit, pembengkakan pada area kaki, dan lain sebagainya.
Dikarenakan penyebab dari gejala kwashiorkor adalah kekurangan protein, makanan pencegahan yang sangat dianjurkan yaitu makanan laut, kacang dan biji-bijian, telur. Institude of Medicine, menganjurkan mengonsumsi makanan kaya akan protein. Karena 10-35% kalori harian berasal dari protein.
Freedom from Hunger Campaign
Referensi
Ramalingaswami, M.D., Phil, 1963, Malnutrition and Disease, perpustakaan WHO, Geneva, Swiss