Lihat ke Halaman Asli

Peran Generasi Muda dalam Mewujudkan Ekonomi Digital Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas Tahun 2045

Diperbarui: 4 Oktober 2024   21:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka/dok. pri

www.finansialku.com

Generasi muda memainkan peran penting dalam mewujudkan ekonomi digital berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045. Sebagai tulang punggung ekonomi di masa depan, generasi muda tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga inovator dan pelaku utama dalam mendorong transformasi digital di berbagai sektor. Peran generasi muda dalam membentuk ekonomi digital yang berkelanjutan akan semakin penting dalam beberapa dekade mendatang karena kemajuan teknologi yang berkembang pesat.

Generasi muda Indonesia yang berusia 16--30 tahun akan mencapai sekitar 65 juta orang pada tahun 2022, atau hampir 24% dari populasi Indonesia, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Lebih dari 90% remaja terhubung ke internet, menunjukkan bahwa kelompok usia ini adalah pengguna terbesar teknologi digital. Ini menempatkan mereka dalam posisi strategis untuk mengelola perubahan menuju ekonomi digital yang dapat bertahan lama.

Generasi ini memiliki kemampuan digital yang memungkinkan mereka untuk berinovasi dan dibandingkan dengan generasi sebelumnya, generasi muda yang tumbuh di era digital memiliki kemampuan teknologi yang lebih baik. Sebagai hasil dari survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang dilakukan pada tahun 2021, 85% dari pengguna internet di Indonesia berusia di bawah 35 tahun; mereka sebagian besar menggunakan internet untuk tujuan akademik, karir, dan bisnis. Generasi ini memiliki kemampuan digital yang memungkinkan mereka untuk berinovasi dan berkontribusi besar pada ekonomi digital.

Ekonomi digital yang berkelanjutan mencakup peningkatan ekonomi dan aspek sosial dan lingkungan. Keprihatinan terhadap masalah lingkungan dan keberlanjutan sangat tinggi di kalangan generasi muda. Sebuah survei yang dilakukan oleh World Economic Forum pada tahun 2020 menunjukkan bahwa lebih dari 70% pemuda di seluruh dunia---termasuk di Indonesia, perhatian pada dampak teknologi terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Ini membuka peluang bagi mereka untuk mengembangkan inovasi yang lebih ramah lingkungan dan hijau melalui teknologi digital.

Generasi muda telah memainkan peran besar dalam sektor ekonomi kreatif. Sebagai hasil dari data yang dikumpulkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, subsektor digital seperti pengembang game dan aplikasi berkontribusi sebesar 7,44% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2020. Ini menunjukkan bahwa generasi muda memiliki kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja baru di bidang ekonomi digital dan meningkatkan daya saing Indonesia di seluruh dunia.

Namun, kesenjangan digital adalah masalah besar yang dihadapi generasi muda. Meskipun generasi muda di perkotaan memiliki akses yang luas ke teknologi, banyak pemuda di daerah terpencil menghadapi keterbatasan dalam mengakses internet dan teknologi digital. Laporan yang dirilis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan bahwa pada tahun 2021, sekitar 12.500 desa di Indonesia masih belum memiliki akses internet yang memadai. Ini menjadi kendala yang signifikan dalam proses menciptakan inklusi digital.

Pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk mendorong generasi muda. Salah satunya adalah Program Penghargaan Talenta Digital, yang bertujuan untuk melatih 100 ribu talenta digital setiap tahun hingga 2024. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan digital generasi muda, terutama dalam bidang data science, kecerdasan buatan, dan pengembangan aplikasi. Diharapkan inisiatif ini dapat mengurangi gap keterampilan digital di seluruh Indonesia.

Selain itu, kerja sama antara pendidikan, sektor swasta, dan pemerintah sangat penting untuk membangun ekosistem yang mendukung pertumbuhan ekonomi digital yang berkelanjutan. Menurut McKinsey & Company, hingga 2030, Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta tenaga kerja dengan keterampilan digital untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Di masa depan, generasi muda yang memiliki kemampuan ini akan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi digital.

Selain itu, generasi muda kewirausahaan memiliki potensi besar untuk mendorong ekonomi digital berkelanjutan. Menurut data Bank Dunia, lima puluh lima persen pengusaha Indonesia berusia di bawah 35 tahun, dan sebagian besar di antara mereka menggunakan teknologi digital saat memulai dan menjalankan bisnis mereka. Banyak pengusaha muda telah memanfaatkan platform E-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee untuk menjangkau pasar yang lebih luas, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah.

Generasi muda memainkan peran penting dalam transformasi digital dan menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan. Teknologi digital memungkinkan generasi muda untuk mengembangkan solusi kreatif untuk masalah sosial dan lingkungan seperti pengelolaan limbah berbasis teknologi, pertanian digital, dan energi terbarukan. PBB mempromosikan tujuan pembangunan berkelanjutan, yang merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan, selain memberikan dampak positif pada ekonomi.

Pada akhirnya, seberapa besar peran generasi muda dalam mewujudkan ekonomi digital berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045 akan ditentukan oleh seberapa besar pemerintah mendorong investasi dalam infrastruktur digital, pendidikan yang adaptif terhadap kemajuan teknologi, dan undang-undang yang mendukung inovasi dan keberlanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline