Vincent Van Gogh (1953-1890) adalah seorang pelukis beraliran pasca-impresionis asal Belanda yang menjadi salah satu tokoh paling terkenal dan berpengaruh dalam sejarah seni di Barat. Penggunaan warna yang tebal dan dramatis serta goresan kuas yang impulsif dan ekspresif menjadi ciri khas nya.
Sejak mulai melukis pada tahun 1881, Van Gogh telah menghasilkan sekitar 860 lukisan cat minyak dari 2.100 karya seninya. Beberapa karya lukisannya yang terkenal adalah Sunflowers, The Starry Night, Sorrow, dan The Potato Eaters.
Namun, perlu kalian ketahui bahwa selama hidupnya Van Gogh mengalami banyak kesulitan. Sebelum memilih terjun sebagai pelukis, Van Gogh pernah menjadi salesman di galeri seni di London. Van Gogh juga pernah bekerja sebagai asisten guru di Ramsgate dan Isleworth, yang mana pekerjaannya tersebut tidak mendapatkan upah melainkan hanya sebatas diberi tempat tinggal. Alhasil belum genap setahun Van Gogh memutuskan kembali ke Belanda untuk mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pendeta. Namun hal tersebut tidak terwujud, Van Gogh lebih tergerak untuk pergi langsung ke lapangan tepatnya ke Borinage, Belgia dan tinggal disana selama setahun untuk mengajar anak-anak dari pemukiman miskin, sekaligus menyebarkan ajaran injil.
Setelah kepulangannya dari Borinage, Belgia, ia memutuskan untuk menjadi pelukis pada 1881. Meski usianya telah menginjak 27 tahun lebih dan orang-orang disekelilingnya termasuk keluarga besarnya tidak mendukung, tekadnya untuk menjadi pelukis sudah bulat. Satu-satunya orang yang setia mendukung keputusan Van Gogh secara total adalah Theo van Gogh, adik kandungnya.
Sejak kecil, dua dari enam bersaudara ini memang sangat dekat. Theo selalu mendukung pilihan karier kakaknya, bahkan semasa menjadi seniman miskin Van Gogh selalu mendapat dukungan finansial dari Theo yang merupakan seorang pengusaha sukses.
Selama menjadi pelukis, Van Gogh hidup berpindah-pindah. Namun saat di Arles, Perancis, Van Gogh mengalami gangguan jiwa dikarenakan impiannya untuk menjadi seorang pelukis sejati harus pupus ketika ia gagal membangun komunitas seniman di lingkungan tempat tinggalnya di Arles, serta putusnya hubungan pertemanan dengan Paul Gauguin.
Pada Desember 1888, akibat frustasi karena peristiwa-peristiwa yang ia alami, Van Gogh memotong telinga kirinya sendiri dan memberikannya kepada seorang gundik di rumah bordil. Setelah peristiwa tersebut, para warga setempat menyebut Van Gogh sebagai sebuah ancaman bagi publik karena mentalnya yang tidak stabil. Alhasil, ia dilarikan ke rumah sakit setempat, sebelum dipindahkan ke Saint paul de mausole Asylum di St. Remy.
Van Gogh tinggal di sana selama setahun dan terus menerus menghasilkan karya lukisnya dengan dukungan adiknya Theo yang menjadi pemasok alat-alat lukis dan canvasnya. Salah satu karya lukisnya yang ia buat di dalam rumah sakit jiwa tersebut adalah "the Starry Night".
Pada Mei 1890, Van Gogh meninggalkan rumah sakit jiwa dan mengunjungi Theo di Paris sebelum tinggal di Auvers sur Oise, di mana sebagian besar artis seperti dia sudah tinggal. Selama tinggal di sana, Van Gogh menemukan kenyamanan dan kedamaian seperti yang dirinya inginkan. Dia juga mengerjakan beberapa lukisan dan bahkan berteman dengan Paul Gachet, seorang dokter yang mengawasi dan merawat Van Gogh. Paul sangat menyarankan Van Gogh untuk mengabdikan diri sepenuhnya pada seni.