Tahun 2022 Kabupaten Jember menempati peringkat pertama prevalensi stunting se-Jawa Timur. Capaian ini tentu menjadi atensi banyak pihak. Pemkab Jember gencar mengupayakan penurunan angka tengkes ini. Data terbaru Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, sebagaimana dikutip situs pemkab Jember, kabupaten Jember termasuk dalam 20 kabupaten dan kota yang berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 34,9 persen menjadi 29,7 persen.
KKN Kolaborasi #3 Jember yang menggandeng pemkab Jember diminta memberi perhatian khusus pada stunting yang terjadi di desa. Instruksi ini pada Selasa (6/7/2024) dirumuskan teman-teman mahasiswa KKN Kolaborasi posko 214 dengan mengadakan kegiatan "Sosialisasi Stunting dan Pembuatan Puding Daun Kelor" bekerja sama dengan pemerintah desa yang memiliki kegiatan bertajuk serupa, "Pembagian Bantuan Stunting" berupa berbagai asupan bergizi bagi ibu yang masih hamil untuk upaya pencegahan dan bayi-balita untuk penanganan.
Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang menyebabkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari standar usianya. Kondisi ini terjadi akibat kurangnya asupan gizi yang memadai dalam jangka waktu lama, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (dari masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun).
Stunting biasa disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, infeksi berulang, gangguan kesehatan ibu hamil, dan sanitasi yang buruk. Stunting hendaknya tidak dipandang sebagai gejala yang lumrah sebab akan menyebabkan pertumbuhan fisik terhambat, kecerdasan menurun, tingginya risiko terkena penyakit, dan produktivitas menurun lantaran berbagai masalah kesehatan yang akan timbul pada kemudian hari.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa Sukokerto menggandeng mahasiswa selaras dengan upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi stunting. Adapun berbagai upaya pencegahan stunting berupa pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), perbaikan gizi ibu yang hamil, imunisasi, menjaga sanitasi dan kebersihan, dan edukasi terkait gizi.
Edukasi terkait stunting disampaikan Zainul Khoiri, mahasiswa keperawatan Universitas dr Soebandi Jember. Selain masalah seputar stunting, materi yang diberikan juga berupa pembuatan puding daun kelor beserta edukasi gizi yang terdapat pada daun kelor. Mengutip artikel di kanal Halodoc, nutrisi yang terkandung dalam daun kelor meliputi kalori, protein, karbohidrat, zat besi, magnesium, kalium, dan asam folat.
Selain itu, terdapat kandungan vitamin A, B, dan C. Banyak masyarakat yang belum mengira bahwa betapa kayanya kandungan nutrisi yang terdapat pada daun yang banyak tumbuh di perdesaan dan memiliki nilai ekonomis rendah itu. Hal ini tentu saja sangat bermanfaat bagi ibu hamil dan bayi-balita untuk menunjang asupan bergizi dengan harga yang relatif murah.
Menyitasi artikel dari Alodokter, berbagai macam manfaat daun kelor bagi ibu hamil antara lain memperkuat daya tahan tubuh, mencegah anemia, mendukung perkembangan organ janin, mengatasi morning sickness, mengurangi risiko terjadinya preeklampsia (komplikasi kehamilan).
Adapun berbagai manfaat daun kelor bagi bayi, mengutip situs Ibu & Balita antara lain membantu memenuhi kebutuhan nutrisi, mencegah penyakit anemia, menyehatkan penglihatan, meningkatkan metabolisme tubuh, melancarkan pencernaan, mengoptimalkan pertumbuhan tulang, meningkatkan massa otot, mencerdaskan otak, dan sebagainya. Oleh karenanya, pembuatan puding daun kelor diinisiasi sebagai inovasi ide hidangan murah.
Terpisah, sekretaris desa Sukokerto, Zainol Rizal, berujar, pemberian bantuan untuk stunting telah berjalan selama tiga tahun, diberikan secara berkala tiga bulan sekali tergantung dana yang ada. Selain itu, desa Sukokerto juga mempunyai program one day one egg, pemberian satu hari satu telur. Hal ini sebagai bentuk perhatian desa terhadap anak-anak masyarakat yang baru atau akan lahir supaya kans memiliki hidup sehat, bahagia, dan produktif lebih besar. Rincian bantuan yang diberikan kali ini menyasar 42 anak dan 6 ibu hamil.