Lihat ke Halaman Asli

Adelia Kartiika

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Kreatif Tapi Rentan Generasi Strawberry

Diperbarui: 24 Januari 2025   00:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.hdwallpaper.nu/strawberry-wallpapers/ 

Generasi Strawberry adalah istilah yang menggambarkan generasi muda saat ini, khususnya di kalangan Gen Z, yang sering kali penuh dengan ide dan kreativitas tetapi mudah goyah di bawah tekanan. Layaknya buah stroberi yang tampak indah di luar namun rapuh di dalam, generasi ini sering dianggap kurang tahan banting. Fenomena ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan zaman, pola asuh orang tua, pendidikan, dan lingkungan. Generasi ini cenderung mengeluh saat menghadapi tantangan kecil, misalnya mengerjakan tugas, bangun pagi untuk masuk kelas, atau sekadar menghadapi rutinitas sederhana.

Istilah "Generasi Strawberry" pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an dan menjadi sorotan dalam buku Strawberry Generation karya Profesor Reinaldo. Buku tersebut menjelaskan bahwa generasi ini memiliki banyak ide cemerlang dan kreativitas tinggi, tetapi sering kali gagal saat berhadapan langsung dengan tantangan di dunia nyata. Ketika mereka dihadapkan pada tekanan sosial atau tanggung jawab yang nyata, banyak yang merasa kewalahan, mengeluh, bahkan menyerah.

Pola asuh orang tua menjadi salah satu penyebab utama terbentuknya mental generasi ini. Orang tua yang terlalu melindungi anaknya, sering melarang mereka untuk mencoba hal baru dengan alasan "nanti bahaya" atau "kasihan," secara tidak sadar membentuk individu yang tidak mandiri dan kurang tangguh. Sebaliknya, pola asuh yang membiarkan anak belajar dari kesalahan dan menghadapi tantangan sejak kecil dapat menciptakan individu yang lebih kuat dan tahan uji. Sebagai calon pemimpin di masa depan, baik dalam keluarga maupun masyarakat, generasi ini dituntut untuk memiliki mental yang kuat dan tidak menyerah dalam menghadapi tekanan hidup.

Kecanduan teknologi juga menjadi tantangan besar bagi generasi ini. Dengan kemudahan akses informasi melalui Google atau aplikasi lainnya, banyak individu yang cenderung mengandalkan teknologi untuk menyelesaikan tugas-tugas sederhana, bahkan menjadi malas untuk berusaha lebih keras. Mereka lebih memilih zona nyaman dan enggan keluar dari rutinitas yang sudah mereka anggap aman. Padahal, zona nyaman inilah yang justru berbahaya karena dapat menghambat perkembangan diri.

Selain itu, lingkungan sosial juga memainkan peran penting. Generasi ini sering kali terbawa oleh kebiasaan teman-temannya. Jika lingkungannya malas, maka ia cenderung ikut malas. Jika lingkungannya penuh semangat, barulah mereka termotivasi. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk pintar memilih lingkungan dan teman-teman yang dapat mendorong mereka berkembang.

Untuk keluar dari mentalitas "Generasi Strawberry," diperlukan usaha yang konsisten. Individu harus mulai belajar menghadapi tekanan, keluar dari zona nyaman, dan bersyukur atas apa yang dimiliki. Sebuah kesuksesan tidak akan tercapai secara instan, melainkan melalui proses yang panjang. Dengan pemikiran yang positif, tekad yang kuat, serta kemampuan untuk beradaptasi, generasi ini dapat berubah menjadi individu yang tangguh dan mampu menghadapi tantangan hidup, bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik.

Adelia Kartika 23010400184

Ilmu Komunikasi / Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline