Di tengah-tengah hujan yang turun deras, Aria duduk di kursi goyang di teras rumahnya. Wajahnya yang riang, terlihat cerah di tengah cuaca yang suram. Hujan yang turun sejak pagi tidak menghentikannya untuk menikmati momen yang langka ini.
Aria mengenang masa kecilnya, ketika dia dan ayahnya sering keluar untuk bermain di bawah hujan. Mereka akan berlarian di halaman rumah sambil tertawa riang. Namun, ayahnya sudah tidak ada lagi. Kini hanya tinggal kenangan manis yang membuatnya tersenyum.
Di atas teras, Aria meraih cangkir teh hangatnya dan meminumnya perlahan. Hujan semakin deras, dan suara tetesan air yang jatuh ke atap genting menciptakan irama yang menenangkan. Dia merasa hubungan dengan alam di saat seperti ini.
Tiba-tiba, Aria mendengar langkah kaki di belakangnya. Dia berbalik dan melihat seorang anak kecil yang basah kuyup berdiri di sana dengan senyum cerah di wajahnya. Anak itu membawa balon berwarna-warni.
"Ayo, ikut bermain, Mbak!" seru anak kecil itu.
Aria tersenyum lebar dan meraih tangan anak itu. Mereka berdua berlarian di bawah hujan, sementara balon-balon mereka melayang di udara. Aria merasa seperti kembali ke masa kecilnya, bersama ayahnya.
Hujan terus turun, tetapi mereka tidak peduli. Mereka tertawa, bermain, dan menikmati momen yang indah di tengah alam. Aria tahu bahwa ini adalah cara ayahnya ingin dia menghadapi hujan - dengan senyum di wajah dan hati yang bahagia.
Saat senja tiba, Aria kembali ke teras rumahnya. Dia melihat anak kecil itu berlari pulang sambil melambaikan tangan. Aria tersenyum. Hujan yang turun sepanjang hari telah membawa kembali kenangan indah dan mengajarkannya bahwa kebahagiaan bisa ditemukan di mana saja, bahkan di bawah hujan.
Akhir cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H