Lihat ke Halaman Asli

Devia Hani Adelia

Mahasiswa UMY

Sajian Sederhana, Cita Rasa Luar Biasa

Diperbarui: 24 Desember 2024   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bu Suwarni dan suami sedang menyiapkan sate untuk pembeli. (Sumber : Devia Hani Adelia)


 
Yogyakarta - Di tengah hiruk-pikuk Pasar Beringharjo, Yogyakarta, aroma sedap dari bara sate yang terbakar menyeruak, memikat siapa saja yang lewat. Di pintu B4 pasar ini, Bu Suwarni dengan ramah menyambut pelanggan setianya. Sudah lebih dari 40 tahun ia menjajakan "Sate Kere" yang legendaris, kuliner sederhana namun penuh cita rasa. Tak heran, bahkan tokoh-tokoh ternama seperti Erick Thohir pernah mampir mencicipinya.


Pasar Beringharjo di Yogyakarta selalu menjadi magnet bagi wisatawan dan masyarakat lokal. Di tengah hiruk-pikuk pasar tradisional ini, terdapat sebuah kuliner legendaris yang mampu menggugah selera: Sate Kere Bu Suwarni. Dengan aroma khas yang menguar dari gerobaknya, sajian ini telah mencuri hati banyak pencinta kuliner.


Sate Kere Bu Suwarni bukanlah sekadar kuliner biasa. Dibalik kesederhanaannya, terdapat cerita panjang tentang perjuangan, kreativitas, dan konsistensi rasa yang dijaga selama puluhan tahun. Berjualan sejak tahun 1980-an, Bu Suwarni memulai usaha ini dengan ide kreatif menawarkan sate berbahan sandung lamur, bagian daging sapi yang lebih berlemak dan memiliki tekstur kenyal. Kala itu, daging sapi berkualitas tinggi terlalu mahal untuk sebagian masyarakat, sehingga sate ini dijuluki "sate kere" atau sate untuk kalangan bawah. "Waktu itu daging mahal, ya, saya pakai sandung lamur. Tapi siapa sangka, sekarang malah jadi favorit dan lebih mahal dari sate daging biasa," cerita Bu Suwarni sambil tersenyum.


Meski disebut "kere", kelezatan sate ini tak bisa dipandang sebelah mata. Potongan sandung lamur dipadukan dengan bumbu kecap manis khas, membuatnya memiliki cita rasa gurih-manis yang menggugah selera. Dengan harga Rp 4.000 per tusuk, sate ini tetap menjadi pilihan favorit wisatawan dan pelanggan setia dari berbagai kalangan. "Orang-orang dari luar kota banyak yang sengaja mampir ke sini. Bahkan, Pak Erick Thohir pernah beli sate di sini waktu ke Jogja," ujar Bu Suwarni bangga. Momen itu menjadi salah satu bukti bahwa sate kere miliknya punya tempat istimewa di hati para pecinta kuliner.


Berbeda dengan tren kuliner modern yang kerap membuka banyak cabang, Bu Suwarni tetap setia berjualan di lokasi yang sama: pintu B4 Pasar Beringharjo. "Saya tidak buka cabang, ya. biar orang datang ke sini, menikmati suasana pasar juga," ungkap Bu Suwarni. Di usianya yang kini tidak muda lagi, Bu Suwarni tetap melayani pelanggan dengan penuh keramahan.. Meski sederhana, Sate Kere Bu Suwarni mampu bertahan di tengah perubahan zaman. Lebih dari sekadar makanan, sate ini menjadi saksi perjalanan hidup, warisan rasa yang tak tergantikan, dan bukti bahwa kelezatan tak selalu datang dari sesuatu yang mewah.


Selain itu, persaingan di pasar juga cukup ketat. Di sepanjang Pasar Beringharjo, ada beberapa penjual sate kere lainnya. Namun, bagi banyak pelanggan, sate kere Bu Sumiarti memiliki rasa yang tidak tertandingi. “Bumbu sate Bu Sumiarti ini beda, lebih terasa rempahnya,” ujar Mbak Rina, seorang wisatawan asal Surabaya. “Kalau ke Yogya, saya selalu mampir ke sini.”
Sate kere Bu Sumiarti tidak hanya soal rasa. Bagi para pembelinya, sate ini juga menyimpan kenangan dan kehangatan yang sulit dijelaskan. Bu Sumiarti sendiri selalu menyapa pelanggannya dengan senyuman dan candaan ringan, menciptakan suasana hangat yang membuat mereka merasa seperti keluarga.


“Saya percaya, makanan enak itu nggak cuma soal rasa,” kata Bu Sumiarti dengan bijak. “Yang penting juga, kita melayani pembeli dengan hati. Kalau mereka senang, saya juga ikut senang.”
Kuliner seperti sate kere ini adalah contoh nyata bagaimana makanan sederhana dapat menjadi bagian penting dari budaya lokal. Dengan tetap mempertahankan resep tradisional, Bu Sumiarti telah ikut melestarikan warisan kuliner Yogyakarta.
Ketika ditanya tentang harapannya ke depan, Bu Sumiarti menjawab dengan rendah hati, “Saya cuma ingin terus bisa berjualan dan membuat orang senang. Kalau anak-anak muda juga suka sate kere, saya senang sekali.”


Bagi siapa pun yang berkunjung ke Pasar Beringharjo, mencicipi sate kere Bu Sumiarti adalah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan. Di balik kesederhanaannya, tersimpan cita rasa luar biasa yang mampu membawa siapa saja untuk kembali lagi.
"Selama masih kuat, saya akan tetap berjualan. Senang bisa melihat orang makan sate ini dengan lahap," ujar Bu Suwarni, sambil menyeka peluh di dahinya dengan senyum hangat yang tak pernah pudar. Beliau bercerita, setiap tusuk sate yang disajikan bukan hanya sekedar makanan, tapi sebuah warisan rasa yang telah menembus batas waktu. Dengan penuh dedikasi, Bu Suwarni terus menjaga tradisi yang sudah dimulai sejak puluhan tahun lalu, memastikan bahwa setiap pelanggan mendapatkan pengalaman kuliner yang tak terlupakan.


Jadi, jika Anda sedang berada di Yogyakarta, pastikan untuk mampir ke pintu B4 Pasar Beringharjo. Sate Kere Bu Suwarni, dengan bumbu khas dan daging yang empuk, menunggu untuk memanjakan lidah Anda. Setiap gigitan adalah perjalanan rasa yang membawa Anda lebih dekat pada sejarah kuliner Yogyakarta yang penuh makna. Dengan cita rasa legendaris yang tak lekang oleh waktu, Sate Kere Bu Suwarni menjadi simbol kehangatan, kekeluargaan, dan semangat untuk terus melestarikan tradisi, bahkan di tengah zaman yang serba cepat. Selamat menikmati, dan jangan lupa untuk memberi senyum balik kepada Bu Suwarni yang selalu siap menyambut Anda dengan ramah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline