Pernahkah anda mendengar istilah Limology? Istilah ini jarang untuk ditemukan pada tulisan atau kajian ilmiah. Terutama di Indonesia. Kata Limology sendiri berasal dari bahasa latin. Kata "limes" yang berarti batas atau perbatasan, dan kata "logos" yang berarti ilmu. Jadi Limology (border studies) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari berbagai hal mengenai perbatasan.
Hal yang membuat Limology ini menarik yaitu bahwa istilah ini tidaklah familiar untuk didengar, terutama untuk khalayak umum. Limologi adalah bidang kajian interdisipliner yang berfokus pada eksplorasi sifat, peran, dan dampak perbatasan. Tidak hanya dipandang sebagai garis fisik yang membatasi wilayah antar negara, perbatasan juga dipahami sebagai konstruksi yang kompleks mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, dan keamanan, yang berpengaruh pada perilaku serta interaksi manusia di antara berbagai bangsa.
Disebutkan bahwa kemunculan istilah ini yaitu pada sekitar akhir tahun 1990-an, mencerminkan minat yang berkembang terhadap studi perbatasan sebagai bidang kajian yang kompleks dan multidisiplin. Salah satu fokus utama studi perbatasan adalah geopolitik, di mana perbatasan berperan penting dalam dinamika hubungan internasional. Penelitian ini juga mengeksplorasi isu-isu terkait migrasi dan mobilitas, serta dampak perbatasan terhadap hak asasi manusia.
Selain itu, studi perbatasan mengkaji bagaimana perbatasan membentuk identitas budaya dan ekonomi, menciptakan rasa kebersamaan atau perpecahan di antara populasi. Dengan meningkatnya globalisasi, perbatasan tidak lagi dipandang sebagai penghalang yang kaku, tetapi sebagai entitas yang dinamis dan terus berubah. Proses globalisasi mendorong pergeseran fungsi perbatasan dari sebagai penghalang menjadi sebagai jembatan yang meningkatkan interaksi lintas batas. Namun, para peneliti sepakat bahwa meskipun ada prediksi tentang dunia tanpa perbatasan, konsep perbatasan tetap relevan dan kompleks.
Contoh nyata dari penggunaan Limology pada bidang studi perbatasan yaitu dapat kita telisik pada perbatasan darat Indonesia-Malaysia. Dengan dibangunnya Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di beberapa daerah di Kalimantan. Soft border yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen kedua negara untuk menjaga stabilitas di kawasan wilayah perbatasan kedua negara.
Salah satu contoh soft border yang menarik untuk dipelajari yaitu di daerah Sebatik, Kalimantan. Soft border ini dapat dilihat dari satu rumah yang hanya dipisahkan oleh satu garis saja. Sebatik, sebuah pulau kecil yang terbagi menjadi dua bagian, memiliki sejumlah rumah yang berada tepat di garis batas negara, sehingga satu bagian rumah berada di wilayah Indonesia dan bagian lainnya di wilayah Malaysia. Fenomena ini mencerminkan hubungan sosial dan budaya yang erat antara penduduk kedua negara, meskipun mereka berada dalam yurisdiksi yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H