Lihat ke Halaman Asli

Diterbangkan dan Dibakar oleh Cinta Tuhan

Diperbarui: 11 September 2022   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasih Allah (foto: Kompas.com)

Hidup rohani merupakan suatu peziarahan hidup di mana di dalamnya bertumbuh kedewasaan spiritual akan kasih Allah. Pertumbuhan rohani tidak terlepas dari spiritualitas hidup yang ada selama proses peziarahan batin atau peziarahan iman. Spiritualitas merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan hidup jasamani ataupun hidup rohani seseorang. Spiritualitas mengantar setiap pribadi pada peziarahan rohani bersama Allah. Peziarahan rohani mengandaikan sebuah tahap formasi diri. Ibarat daun kering, hidup rohani harus mencapai masa transisi dari hijau menjadi kering. Kering bukan berarti tak berguna tetapi menjadi oase bagi tumbuhnya disposisi batin yang baik sebagai sebuah metafora tahap-tahap spiritual. Hal ini mau mengatakan bahwa hidup rohani pada dasarnya harus mencapai tahap kemandirian, kedewasaan, keleluasaan, dan kesempurnaan. Rm. Armada berkata "daun kering memaksudkan pula momen kerendahan hati untuk dimatangkan dan dibakar oleh cinta Kristus dan pada gilirannya akan bersatu dengan tanah unutk menjadi humus yang menumbuhkan dan menyuburkan aneka tanaman" (Armada,Remah dan Daun Kering hal 55)".

 Hidup rohani bukanlah sesuatu yang bersifat ritual, tetapi sebuah moment atau kesempatan untuk semakin menyatukan diri dengan Tuhan yang menjadi sumber kebajikan dan keutamaan hidup rohani. Hal ini tentu terlahir dari kesadaran pribadi akan luarbiasanya kasih Allah. Dengan kata lain hidup rohani adalah sebuah proses pemurnian diri sedalam mungkin seperti sabda Yesus Duc in Altum. Sebagaimana daun kering dimatangkan oleh cahaya atau sinar matahari, maka hendaknya hidup rohani juga dimatangkan oleh sinar kemuliaan Allah yang merupakan sumber dan pusat segala yang hidup. Hidup rohani harus mengenal yang disebut tahap atau proses pematangan. Jika hidup rohani tidak sampai pada tahap kematangan yang ada hanyalah riak kekacauan dan ketidakpastian. Orang hanya akan berorientasi semata dalam persfektif ruang hidup yang sempit. Orang tidak lagi mampu melihat sesuatu secara rasional.

Pada dasarnya spiritualitas diarahkan kepada pengalaman subjektif dari apa yang relevan secara eksistensial dalam hidup manusia. Spiritualitas tidak hanya memperhatikan apakah hidup itu berharga, namun juga fokus pada mengapa hidup berharga dan bagaimana hidup itu seharusnya dijalankan. Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. Yang dimaksudkan ialah hubungan yang bersifat vertikal antara Allah dan manusia. Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup.Transendensi spiritual merefleksikan kemampuan individu berdiri tegak dalam rasa terhadap waktu dan tempat dan memandang hidup dari pandangan lebih jamak, perspektif yang berbeda. ini merefleksikan sebuah realiasasi bahwa ada makna lebih dalam dan tujuan hidup yang termasuk dalam sebuah hubungan lebih abadi atau lama, hubungan dengan yang di atas. Transendensi spiritual merefleksikan kemampuan individu berdiri tegak dalam rasa terhadap waktu dan tempat dan memandang hidup dari pandangan lebih jamak, perspektif yang berbeda. ini merefleksikan sebuah realiasasi bahwa ada makna lebih dalam dan tujuan hidup yang termasuk dalam sebuah hubungan lebih abadi atau lama, hubungan dengan yang di atas.Spiritualitas berhubungan erat dengan pengalaman pribadi yang bersifat transendental dan individual dalam hubungan individu dengan sesuatu yang dianggapnya bermakna.

Sebagai murid Kristus perjalanan hidup rohani menjadi suatu cerminan bagaimana manusia memahami dan menilai segala sesuatu sebagai kehendak Tuhan. Daun yang jatuh mengistilahkan atau menggambarkan pengalaman hidup seseorang yang mengalami jatuh dan bangun dalam hidup yang merupakan rahmat dari Tuhan yang mematangkan hidup manusia. Pengalaman ini tentu beranjak dari pengalaman pribadi yang direfleksikan sebagai sebuah refleksi filosofis Teologis dalam hidup sehari-hari. Pengalaman bersama Allah ini merepresentasikan buah-buah kehidupan yang mau disyukuri sebagai sebuah anugerah iman akan Yesus. Oleh karena itu spiritualitas daun kering ini juga disebut sebagai spiritualitas kerendahan hati. Artinya manusia dalam memasuki dunia rohani bukanlah mengandalkan kekuatan pribadi, tetapi tahapan di mana hidup rohani ini menginterpretasikan bahwa aku berjalan bersama Tuhan. Sebab kerendahan hati menyatakan sekaligus mengungkapkan kedekatan atau keintiman relasi dengan Allah. Seperti daun kering hidup rohani harus selalu diperbaharui. Daun tidak mungkin selamanya hijau. Daun selalu mengalami transisi yaitu dari muda menuju dewasa. Maka ketika daun sudah mencapai taraf kematangan dan kedewasaan akan memasuki fase melepaskan diri dari rantingnya. Keterlepasan ini bukan menjadi akhir atau kemalangan, tetapi sebagai simbol atau tanda dimulainya masa peziarahan baru.

Perjumpaan dengan Allah tentu menjadi tolak ukur dalam peziarahan hidup rohani. Allah terus menerus berbicara dalam berbagai peristiwa sehari-hari. "Suara Allah yang pernah sekali masuk ke dalam hati, menjadi kuat bagaikan badai dan keras bagaikan Guntur"(St. Ignasius Loyola). Kasih Allah itu sifatnya permanen. Kasih Allah tidak mengenal ruang dan waktu. Kasih itu selalu hadir dalam setiap diri manusia. Maka yang dituntut adalah sikap taat dan berserah diri sepenuhnya dalam penyelenggaraan Sang Ilahi. Ibarat daun yang diterbangkan angin demikian pula hendaknya hidup manusia harus mau diterbangkan oleh kasih Allah. Sebagaimana nabi Amos mengatakan "carilah Tuhan, maka kamu akan hidup" (Am 5:6). "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya" (Yes 55: 6-7). Tahap peziarahan baru ini juga mengindikasikan bahwa manusia mau mencari Allah yang adalah sumber harapan dan hidup baru. Allah dapat dicari dalam doa dan keheningan batin. Doa dan keheningan adalah pembuka jalan menuju Allah yang berbicara dengan umatNya. Manusia berada dalam sebuah pencarian terus-menerus. "Kerinduan akan Allah bukan karena pemikiran memilikiNya dalam konsep yang mengagumkan, tetapi juga karena manusia menyadari bahwa dunia ini hanyalah sementara" (Alberto A. Djono Moi, O. Carm, Berjumpa dengan Allah setiap hari hal 49).

Timothy Radcliffe OP mengatakan bahwa "Kekristenan mengundang kita pada kebebasan dan kegembiraan khusus itu, yang merupakan kebersamaan dengan daya hidup Tuhan sendiri" (Timoyhy Radcliffe OP, "What is the point of being a Christian" hal 45). Hal ini tentu senada dengan apa yang diungkapkan oleh Rm. Armada bahwa "Relasinya tidak lagi berupa dirinya perlu berperan hebat atau kesuskesan, melainkan terletak pada suatu keyakinan teguh akan kemurahan Tuhan. Seakan dirinya makin yakin bahwa dia hanya mungkin bisa hidup karena Sang Pemmberi Hidup" (Aramda Riyanto, Remah dan Daun Kering, hal 64-65). Apa yang ketiga tokoh ini ungkapkan mau menggarisbawahi bahwa hidup rohani adalah suatu oase hidup dari dan karena pengharapan. Pengharapan inilah yang membuat manusia mampu menghayati dimensi spiritual hidupnya. Pengharapan yang terlahir karena Tuhan yang dicari ditemukan dalam peristiwa sehari-hari. Itulah mengapa dalam proses hidup rohani spiritualitas menjadi daya pemantik bagi tumbuhnya hidup rohani yang saleh.Hidup rohani yang saleh tentu didapatkan ketika cinta Kristus merasuki jiwa insani. Cinta yang terlahir karena pesona peziarahan iman yang kini telah mencapai terminal cinta Allah. St. Paulus mengatakan "Non ego sed Christus in me "(Bdk Galatia 2: 19-20). Karena kekhasan cinta Kristuslah yang membuat manusia dapat sampai kehidupan baru yang memesona dan dalam kekhasannya seturut dengan rencana dan kehendak Tuhan. Tuhan adalah pusat persahabatan berarti bahwa perhatian jiwa dalam persahabatan adalah Tuhan, kemuliaan-Nya. Jiwa mencintai Tuhan dan ingin bertumbuh dalam kasihNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline