Lihat ke Halaman Asli

Sungai Nil Kembali Berdarah

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak kerusuhan berdarah untuk menggulingkan Presiden Husni Mubarak yang menggoncang Mesir 25 Januari kemarin, keamanan warga asing  tidak lagi terjamin. Banyak yang tertangkap dan disiksa karena alasan yang tidak jelas, sehingga Pemerintah Indonesia pun mengambil inisiatif untuk memulangkan warga negaranya dengan alasan keamanan. Tepat tanggal 12 Februari 2011 warga Mesir bergembira dan merayakan kebahagian mereka atas kemenangan dalam meruntuhkan rezim Husni Mubarak. Keberhasilan rakyat Mesir mejatuhkan rezim Mubarak dengan kekuatan para Pemuda telah menjadi sebuah kisah dan legenda yang akan terus menjadi sejarah bagi rakyat Mesir. Namun sayang, hari-hari terus berjalan, waktu yang terus berputar, menjadikan Mesir sebagai negara yang tak punya pemimpin. Pencurian, perampokan, penodongan kepada warga asing akhirnya merajalela dan menjadi berita yang selalu jadi hantu bagi setiap warga asing. Lebih parah lagi, para polisi yang seharusnya menjadi pengaman malah menjadi sosok yang menakutkan bagi warga asing, karena tidak sedikit modus kejahatan yang terjadi, dilakukan oleh aparat keamanan. Masa-masa krisis Mesir Alhamdulillah sedikit terobati dengan kedatangan Prof. Bachruddin Jusuf  Habibie dan Amien Rais. Dua orang tokoh Indonesia ini datang ke Mesir untuk memberikan solusi dan gambaran tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan rakyat Mesir pasca kerusuhan. Alhamdulillah, kedatangan dua tokoh Reformasi Indonesia ini, ternyata memberikan pencerahan bagi rakyat Mesir. Sehingga tidak dalam waktu yang lama, meski tanpa Pemimpin, Mesir bisa bersih walau tidak lama dan bisa menjadi tenang walau masih ada pencurian, dan yang lebih penting Nil kembali memancarkan pesona Cleopatra. Kini, kembali kerusuhan berdarah mendatangi Mesir. Tapi dalam wajah yang berbeda. Kemarin dengan satu tuntutan yang jelas yaitu menjatuhkan rezim Mubarak. Sekarang malah semakin tidak jelas. Ada penuntutan agar di segerakan hukuman buat Husni, ada tentang sebagian orang yang tidak ingin negara dipimpin oleh militer dan ada juga tentang Ikhwanul Muslimin versus Salafi, yang kesemuanya itu sudah pasti membuat penduduk Bumi para Nabi ini terpecah, dan berujung dengan perang saudara. Berita terakhir yang saya dengar pada pukul 20.00 waktu Mesir, yang meninggal di Lapangan Kebebasan atau lebih dikenal dengan Maidan Tahrir itu sudah 22 orang, dan yang luka-luka sudah 1060 orang. Jujur kesedihan bukan hanya terdapat dalam diri rakyat Mesir, tapi kami WNI yang lagi menuntut Ilmu di Mesir tepatnya di Universitas tertua di dunia, juga merasa sedih, karena masih banyak yang belum kami dapatkan di kota Ilmu ini. Bahkan Imam Mesjid Nabawy yang ada di Madinah pun bersedih dengan keadaan yang menimpa Bumi para Nabi, sehingga beliaupun berdoa sampai menangis untuk keamanan Negeri Kinanah ini. Karena semua tahu, meski Mesir lebih dikenal dengan Negara Sekuler tapi kiblat Ilmu Agama Islam ada disini, ada di Mesir, ada di Bumi para Nabi. Saya hanya berharap, kepada semua teman-teman yang sempat membaca tulisan ini, agar menyisipkan doa agar Mesir bisa aman dan baik-baik saja, dan sungai Nil tak kembali berdarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline