Lihat ke Halaman Asli

Adek Dwi Oktaviantina

Pekerja kata-kata

Review Sepiring After Taste "Belok Kiri Langsing" karya Achi TM

Diperbarui: 18 Juli 2020   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mbak Achi memberikan semangat agar impian kakakku dan aku terwujud yaitu langsing seperti Gendis. Dokpri.

' Sambil mendengarkan  lagu "Niki-Selene" yang baru dirilis kemarin Kamis kemarin dan lagu "Tango" Jamie Park-Ailee, aku mulai  menulis review ini,

Ada makanan yang enak saat dimakan tetapi after taste -nya terasa kurang nyaman, misalnya saat kita memakan makanan mengandung karbohidrat. Terasa manis memakan cokelat. Namun, kondisi mulut setelahnya. Setelah rasam anis cokelat hilang terasa kecut dan asam di mulut. Pernah tidak mengalami atau merasakannya di indera mulut anda?

Saat makan makanan sehat dan ber-PH sesuai kebutuhan tubuh seperti jamu atau rebusan daun pepaya. Terasa pahit di mulut dan mulut hendak memuntahkannya. Namun, aftertaste-nya terasa manis di mulut.  Nah, itulah yang aku rasakan saat memakan gula. Rasanya manis tetapi after taste-nya kecut. Akhir -akhir ini aku (sudah berjalan hampir setahun) bermusuhan dengan gula alias tidak mengkonsumsi gula karena benci rasa after taste-nya sehingga bonusnya bisa makan lebih sehat. hahahahaha.

Berkaitan dengan itu, 

Novel "Belok Kiri Langsing" ini memiliki after taste yang kurasakan seperti saat mencicipi makanan sehat. Terasa pahit di awal dan di belakang terasa manis. Kelima indera dalam tubuh ini saling berhubungan dan saling menjalin sinestesia. Menukar padukan rasa pada masing -masing indera.

Pada awalnya, kehidupan Gendis terasa manis, adiktif, dan penuh jebakan usang.  Life is like russian roulette. TInggal kau tarik pelatuk mana yang membuatmu menjadi Pahlawan atau Pecundang? Jebakan cinta Herman-lah seperti candy yang ditawarkan Willy Wonka dalam tur ke pabrik Cokelatnya. Segala keindahan rupa kudapan itu adalah perwujudan harapan serta impian Gendis berubah menjadi zonk. 

Dimas, sebagai gambaran tokoh sempurna-tanpa-cela-dicurigai-sebagai-malaikat-yang-menyamar.  Bayangkan, dukungannya pada Gendis agar bisa langsing itu bagaikan "Oase di padang pasir". Aku curiga pada penjual pepaya di pasar, adakah yang mau menghadiahiku sekarung pepaya sebagai bekal diet sehat? meskipun aku bukan burung betet atau love bird. Tindakan semanis itu akan membuatku semakin 'cerewet' mengucapkan kata manis, termasuk hatiku juga tidak akan mudah percaya kalau lelaki sesempurna Dimas itu bener ada atau hanya tokoh rekaan. Ya, iya hanya tokoh rekaan tetapi (mungkin) terinspirasi oleh manusia nyata. 

Dimas..dimana pun keberadaanmu, akan kucari. Ingin foto bareng, hehehehe

Dokpri.

Aku membaca sambil tersenyum kesenangan dan kegirangan, seakan aku ini Gendis yang dipede-katein Dimas. Sumpah, aku bukan gendis. Bener, bukan aku. Ih, kok maksa sih? Yaudahlah kalau maksa. Iya, aku Gendis. Sama gendutnya. Gendis kan singkatan Gendut tapi Manis.

Dietlah untuk dirimu sendiri. Bukan untuk membungkam orang lain yang mengataimu gendut. Tertanda : Dimas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline