Lihat ke Halaman Asli

Catatan Perjalanan Santri Suryalaya

Diperbarui: 15 Maret 2017   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan Perjalanan Santri Suryalaya

MARI BERDAKWAH BUKAN BERJIHAD

Ini adalah kisah yang lama saya tulis tetapi baru bisa saya publish. Hari Minggu, 11 Desember 2016 adalah agenda rutin bulanan TQN Ponpes Suryalaya Korwil Jatim dan Indonesia Timur yaitu Manaqib Sulthon Aulia’ Syech Abdul Qodir Al-Jaelani QS sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. Suatu keberuntungan dan kebahagian saya bisa hadir dalam acara tersebut. Setelah serangkaian acara manaqib selesai, maka seperti biasa adalah tausiyah dari sesepuh TQN Suryalaya KH. Ali Hanafi Akbar. Dalam tausiyahnya beliau kembali mengingatkan kepada ikhwan dan akhwat untuk tetap istiqomah menjalankan ajaran TQN Suryalaya, istiqomah dalam dzikir dhohir dan dzikir ismu dzat.

Dalam sesi Tanya jawab, saya memperoleh sebuah kesempatan yang sangat langka dan berharga. Kesempatan untuk menanyakan bagaimana sikap yang harus dilakukan oleh ikhwan dan akhwat TQN Suryalaya dalam menanggapi persoalan bangsa dan Negara akhir-akhir ini. Dengan nada lembut dan ikhlas beliau menjawab pertanyaan saya, seorang murid yang masih belum mengerti apa-apa.

Pertama sebagai ikhwan dan akhwat TQN Suryalaya, kita harus tetap istiqomah dalam berdzikir. Tujuan berdzikir adalah membersihkan hati agar hati ini tidak dihinggapi oleh sifat-sifat syetan. Melalui dzikir kita mendekatkan diri kepada Allah swt agar kita terus bersama Allah.

Kedua adalah berpegang teguh kepada Tanbih TQN Suryalaya. Tanbih adalah wasiat dari Abah Sepuh TQN Suryalaya, yang salah satu isinya adalah taat kepada agama dan Negara. (baca tanbih TQN Suryalaya). Maka poin penting dari tanbih adalah Negara mempunyai kewenangan untuk mengatur warganya, dan ikhwan wal akhwat TQN Suryalayapun harus taat dengan Negara. Negara punya kewenangan untuk mengatur semuanya, hanya satu yang tidak bisa diatur oleh Negara yaitu KEYAKINAN.

Ketiga, tak perlu takut dengan apapun jika kita sudah bersama Allah. Lalu bagaimana dengan ketakutan adanya kristenisasi dan penistaan agama islam ? Perlu flashback sebentar, dahulu rasulullah dihina dan dinistakan lebih kejam dari apapun, beliau dengan sabar dan santun menjalankan dakwahnya. Coba jika Rasulullah tidak sabar dan membunuh orang-orang kafir, apakah islam bisa sebesar sekarang ? Coba kita lihat Surat At Taubah Ayat 4-6 :

Ayat ke 4

Artinya:

Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (: 4)

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

Komitmen dan setia terhadap janji sangat ditekankan Islam, termasuk janji terhadap orang-orang Musyrik dan musuh-musuh sekalipun, selama pihak lain juga komitmen dan setia terhadap janji tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline